Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,94 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal III 2023.
Angka ini lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni 5,17 persen.
"Di tengah melambatnya perekonomian global, terjadinya perubahan iklim, dan menurunnya harga komoditas ekspor unggulan, resiliensi ekonomi Indonesia kembali tercermin melalui pertumbuhan ekonomi sebesar 4,94 persen yoy," kata Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di Jakarta Pusat, Senin (6/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski layu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengklaim peningkatan distribusi pertumbuhan ekonomi sudah lebih baik.
Airlangga merinci pertumbuhan ekonomi tertinggi ada di Sulawesi sebesar 6,44 persen berkat hilirisasi baja, lalu Maluku-Papua ditopang potensi nikel, tembaga, dan emas.
Ia lantas menyoroti solidnya permintaan domestik yang tercermin dari konsumsi rumah tangga. Selain itu, Airlangga melihat pembentukan modal tetap bruto (PMTB) alias investasi yang tumbuh cepat di kuartal III 2023 ini.
"Indonesia salah satu negara yang tumbuh kuat. Pertumbuhan kita masih lebih tinggi dibandingkan berbagai negara lain, termasuk China, Malaysia, AS, bahkan Singapura. Tapi tentu ada beberapa negara di atas kita, seperti Vietnam," katanya dalam konferensi pers di Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, Senin (6/11).
Airlangga menyebut dunia tak bisa bernapas imbas perang Israel-Hamas, termasuk Indonesia. Pasalnya, dampak perang ikut merembet kemana-mana, termasuk ekonomi global, yang bisa berujung ke Indonesia.
"Pemerintah terus mengantisipasi berbagai risiko akibat ketidakpastian geopolitik yang baru di Timur Tengah, yang tentu (perang) Ukraina belum selesai, Israel-Hamas menambah ketidakpastian. Dunia baru mulai bernapas, jadi tidak bisa bernapas lagi," ucapnya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pertumbuhan ekonomi bisa digenjot dengan mengguyur bantuan sosial (bansos) beras 10 kg di Desember 2023. Ada juga bantuan langsung tunai (BLT) Rp200 ribu per bulan untuk November dan Desember 2023 sebagai stimulus.
Wanita yang akrab disapa Ani menilai paket ini penting diberikan untuk menjaga daya beli masyarakat miskin di tengah ketidakpastian global dan krisis iklim. Pemerintah mengklaim jurus ini sanggup menjaga pertumbuhan ekonomi di level 5 persen.
"Dengan adanya paket ini yang bisa berjalan di kuartal III, kita berharap akan menambah 0,2 persen additional growth, sehingga di kuartal IV pertumbuhan ekonomi tetap bisa dijaga di 5,01 persen," tutur Ani.
"Karena kalau tidak, dengan sekarang kuartal III 4,94 persen dan kuartal IV tidak diberikan dukungan, bisa saja pertumbuhan turun ke 4,99 persen," tutupnya.
Chief Economist PT Bank Syariah Indonesia (BSI) Banjaran Surya Indrastomo menilai adanya tekanan perekonomian global turut menggoyahkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Menurutnya, efek higher for longer dari suku bunga acuan AS semakin membuat rupiah tertekan. Pelemahan rupiah membuat biaya ekspor semakin mahal, yang merupakan cikal bakal lahirnya imported inflation.
Selain itu, Banjaran menyinggung dampak El Nino yang menurunkan tingkat produksi. Peristiwa alam ini berimbas pada akses sembako, seperti beras di pasar global terbatas ketika India Cs menyetop ekspor.
"Masih ada risiko meluasnya dampak konflik di Gaza yang akan meningkatkan kompleksitas masalah karena (harga) komoditas akan melonjak," wanti-wanti Banjaran.
"Menkeu (Sri Mulyani) mengumumkan dua strategi pemerintah (mendongkrak pertumbuhan ekonomi). Ada bansos dan insentif pajak untuk kepemilikan rumah (gratis PPN di bawah Rp2 miliar). Bansos akan efektif menjaga daya beli tingkat bawah, sedangkan tax incentives mengompensasi biaya margin yang meningkat sejalan dengan suku bunga," tambahnya.
Bersambung ke halaman selanjutnya...