Presiden Joko Widodo (Jokowi) membantah gelontoran bantuan sosial (bansos) yang diberikannya menjadi biang kerok kenaikan harga beras di pasar.
"Ya enggak (harga beras naik karena bansos). Justru bansos itu kayak operasi pasar sehingga dengan diberikan bansos itu permintaan masyarakat jadi turun," kata Jokowi dalam kunjungan ke Purwakarta, Jawa Barat, Kamis (9/11).
Menurutnya, saat permintaan masyarakat turun di tengah stok yang ada, maka harga beras seharusnya bisa turun. Namun, Jokowi mengakui teorinya itu belum terbukti di pasar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski begitu, Jokowi menegaskan akan tetap melakukan operasi pasar untuk menurunkan harga beras. Ia menyinggung soal perpanjangan bansos beras 10 kg pada Desember 2023.
"Sebenarnya semua sudah dioperasi (operasi pasar) di semua sudut, tapi memang harga internasionalnya memang semua naik. Beras kan memang sudah agak lama (harganya naik), yang beras," tuturnya.
"Kalau yang naik tinggi memang cabai, tapi ini kan musiman. Kalau musimnya seperti ini pasti (naik harganya), tadi sudah mencapai Rp100 ribu per kg. Tapi yang lain-lain saya lihat bawang merah, bawang putih, telur semuanya kondisi stabil," tambahnya.
Jokowi mengatakan wajar satu dua komoditas pangan terkerek harganya. Akan tetapi, ia berjanji akan berusaha keras menurunkan harga beras yang merupakan makanan pokok orang Indonesia.
Di lain sisi, Jokowi juga akan menambahkan bansos beras 10 kg pada Januari 2024-Maret 2024. Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan pihaknya sudah menyiapkan stok beras untuk bansos tersebut.
"Sesuai arahan Pak Presiden tadi, kita sudah siapkan stok berasnya. Stok yang dikuasai Bulog saat ini ada sebanyak 1,4 juta ton," kata pria yang akrab disapa Buwas dalam keterangan resmi.
"Di samping itu, Bulog juga ditugaskan untuk tambahan impor beras sebanyak 1,5 juta ton, di mana sebanyak 1 juta ton sudah dikontrak untuk tahun ini. Jadi, stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) sangat aman," ujarnya.
(skt/wiw)