Agresi Israel Pukul Ekonomi Palestina, Kemiskinan-Pengangguran Melesat

CNN Indonesia
Kamis, 16 Nov 2023 16:35 WIB
PBB memprediksi PDB Palestina jatuh 12 persen, 660 ribu warga jath miskin 61 persen lapangan kerja hilang imbas serangan Israel. (AFP/YAHYA HASSOUNA)
Jakarta, CNN Indonesia --

Serangan Israel ke Gaza menghancurkan perekonomian Palestina. Agresi brutal sejak 7 Oktober lalu itu membuat ekonomi Palestina babak belur, angka kemiskinan dan pengangguran melonjak.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan Gaza mengalami tingkat kehancuran yang tak terbayangkan akibat gempuran Israel yang sudah berlangsung sebulan lebih.

"Syok sosio-ekonomi akibat perang Israel-Gaza akan membuat ratusan ribu warga Palestina jatuh miskin," demikian peringatan PBB mengenai kemungkinan dampak jangka panjang serangan Israel, dilaporkan Al Jazeera, Kamis (16/11).

PBB memperkirakan jika serangan Israel lebih dari sebulan, angka kemiskinan Palestina melesat 20 persen. Selain itu, produk domestik bruto (PDB) diproyeksi anjlok sekitar 4,2 persen.

Proyeksi itu tertuang dalam laporan yang dirilis oleh dua badan di bawah PBB, yakni UNDP dan ESCWA. Laporan itu menulis dampak ekonominya serangan Israel melebihi konflik Suriah dan Ukraina, atau pun perang Israel-Palestina sebelum-sebelumnya.

Jika perang terus berlanjut hingga bulan kedua, PBB memproyeksikan PDB Palestina yang sebelumnya US$20,4 miliar per tahun akan turun 8,4 persen menjadi US$1,7 miliar.

"Perekonomian kemungkinan akan menyusut 12 persen, dengan kerugian sebesar US$2,5 miliar. Dan lebih dari 660 ribu orang terjerumus ke dalam kemiskinan jika konflik berlanjut hingga bulan ketiga," laporan tersebut memproyeksikan.

Asisten Sekretaris Jenderal UNDP Abdallah al-Dardari mengatakan hilangnya PDB sebesar 12 persen pada akhir tahun ini akan menjadi penurunan terbesar dan belum pernah terjadi sebelumnya.

Al-Dardari membandingkan PDB Suriah biasanya turun 1 persen saat puncak konflik. Dalam kasus perang Rusia-Ukraina, PDB Ukraina jatuh 30 persen dalam waktu satu setengah tahun, yang jika dirata-rata sebulan penurunannya 1,6 persen.

Ia menjelaskan ada gangguan ekonomi besar-besaran di sektor pertanian dan pariwisata di wilayah pendudukan.

Gangguan lainnya menimpa sektor perdagangan, transfer uang dari Israel ke pemerintah Palestina, yang menguasai Tepi Barat, dan kurangnya investasi.

Sekretaris Eksekutif ESCWA Rola Dashti menyebut pada awal 2023, wilayah Tepi Barat dan Gaza tercatat sebagai wilayah dengan pendapatan menengah ke bawah. Pendapatan per orang hanya US$6 per hari atau sekitar Rp93 ribu (asumsi kurs Rp15.588 per dolar AS).

Lalu, tingkat pengangguran di Gaza juga tinggi, mencapai 46 persen, sementara di Tepi Barat 13 persen.

Kemudian, 24 persen lapangan kerja di Tepi Barat juga hilang, setara dengan 208 ribu lapangan kerja, menurut laporan tersebut.

"Saat perang mencapai satu bulan, 61 persen lapangan kerja di Gaza, setara dengan 182 ribu pekerjaan diperkirakan hilang," katanya.

Dashti mengingatkan jika serangan terus berlanjut, mayoritas penduduk Gaza tidak akan memiliki rumah. Bahkan jika pertempuran berakhir sekarang, maka akan terjadi pengungsian besar-besaran dalam jangka panjang.

Laporan tersebut menyebutkan setidaknya 45 persen unit perumahan di Gaza telah hancur atau rusak.

"Hingga 3 November diperkirakan 35 ribu unit rumah rusak total dan sekitar 220 ribu rusak sebagian," ujarnya.

(pta/sfr)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK