Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) mengatakan kondisi asuransi umum dan reasuransi saat ini belum sehat.
Ketua AAUI Budi Herawan mengatakan hal itu terjadi lantaran sejumlah asuransi mencatatkan underwriting result yang lebih kecil dibanding biaya belanja operasional (OpEx).
"Tidak sehatnya kan kalau saya indikatornya sudah pasti hasil underwriting-nya tidak atau belum bisa menutupi biaya OpEx," katanya dalam konferensi pers di Gedung Permata Kuningan, Jakarta, Selasa (28/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Budi menjelaskan saat ini rasio underwriting result asuransi umum berkisar 18 persen, sedangkan OpEx di atas 20 persen.
Lihat Juga : |
Ia mengatakan upaya penyehatan perlu dilakukan baik dengan meningkatkan underwriting result dan menurunkan OpEx.
"Kita di industri ini sudah coba melakukan transformasi dan reformasi tapi perlu waktu. Semoga 2024 bisa terlihat hasilnya bisa kelihatan, katanya.
Sementara itu, AAUI mencatatkan pendapatan premi industri asuransi umum naik 10,1 persen (yoy) ke Rp73,5 triliun pada kuartal III/2023.
Wakil Ketua AAUI untuk Bidang Statistik & Riset Trinita Situmeang mengatakan kenaikan juga terjadi pada pembayaran klaim yang mencapai Rp30,7 triliun, naik 12,2 persen dari Rp27,4 pada kuartal II/2022.
"Ini dikontribusikan dari kenaikan klaim dibayar terhadap asuransi kendaraan bermotor, asuransi marine cargo, dan asuransi engineering," katanya.
Sementara itu, perolehan premi dari reasuransi umum juga meningkat 6,5 persen ke Rp15,6 triliun. Pembayaran klaim juga naik 2,5 persen dari Rp5,7 triliun ke Rp5,9 triliun.
"Klaim terjadi hampir di setiap lini usaha, namun ada enam lini usaha yang mengalami penurunan klaim diantaranya asuransi properti, aviation, energy offshore, energy on shore, surety ship dan asuransi aneka," katanya.