Presiden Jokowi pamer media asing menulis tentang Indonesia yang tengah membangun impian menjadi negara adidaya.
Hal tersebut ia pertontonkan melalui unggahan di sosial media X, Rabu (29/11). Dalam unggahan itu, Jokowi memperlihatkan halaman koran asal Inggris, Financial Times.
"Indonesia Builds Superpower Dreams. Begitu judul besar artikel sehalaman penuh Financial Times edisi Kamis 16 November 2023 yang saya baca ini," tulis Jokowi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia lantas menuturkan Financial Times menuliskan mengenai proyeksi pertumbuhan ekonomi hingga situasi politik Indonesia.
"Surat kabar harian bisnis ini menuliskan mengenai proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia, ibu kota negara Nusantara, posisi Indonesia dalam rivalitas antara negara besar saat ini, hingga situasi politik dalam negeri," tulis Jokowi lagi.
Jokowi belakangan memang getol menyuarakan mimpi Indonesia menjadi negara maju pada 2045. Ia bahkan menargetkan pendapatan per kapita Indonesia mencapai US$30.300 atau sekitar Rp448,44 juta (asumsi kurs Rp14.800 per dolar AS) pada 2045.
Sementara tahun ini pendapatan per kapita diperkirakan mencapai US$5.030 atau sekitar Rp74,19 juta.
Adapun untuk tingkat kemiskinan, Jokowi menargetkan turun dari 9,57 persen dari saat ini menjadi 0,5 persen hingga 0,8 persen di 2045.
Menurut Jokowi, ada tiga hal pokok yang menjadi acuan untuk mencapai target itu. Pertama, stabilitas bangsa yang harus terjaga.
"Tidak ada satu negara manapun yang berhasil mencapai kemakmuran saat kondisinya nggak stabil. Nggak ada. Tunjukkan negara mana saat negaranya terpecah nggak akan mencapai kemakmuran," kata Jokowi dalam Peluncuran Indonesia Emas 2045, Kamis (15/6) lalu.
Hal kedua yang perlu menjadi acuan adalah adanya kepemimpinan yang berkelanjutan dan berkesinambungan. Jokowi menyebut kepemimpinan harus berlanjut ke arah yang lebih baik bukan sebaliknya. Ia menggambarkan kepemimpinan seperti jenjang pendidikan.
"Mestinya kalau sudah dari TK, SD, SMP. Ya kepemimpinan berikut masuk ke SMA, universitas Nanti kepemimpinan berikut masuk ke 2, S3. Mestinya seperti itu. Tidak maju mundur poco-poco," kata Jokowi.
Ketiga adalah sumber daya manusia atau SDM. Jokowi menyebut SDM merupakan kekuatan besar Indonesia, tetapi tidak boleh hanya dari sisi kuantitas melainkan juga kualitas.
Ia mencontohkan Korea Selatan (Korsel) yang berhasil keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah (middle income trap) karena memiliki SDM yang mumpuni. Ia menyebut produk domestik bruto Negeri Gingseng itu hanya US$3.500 pada 1987. Kemudian melompat jadi US$11.800 pada 1995.
"Lompatan seperti ini yang perlu kita tiru, perlu kita contoh karena kualitas SDM-nya yang fokus pada teknologi dan produktivitas," ungkap Jokowi.