BRI Peduli 'Yok Kita Gas' Jaga Kelestarian Lingkungan di 41 Lokasi
Salah satu program BRI Peduli, Yok Kita Gas, yang telah menjangkau 41 lokasi di Indonesia, disebut memberikan dampak nyata terhadap masyarakat dari berbagai sisi, termasuk sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Mulai digulirkan pada tahun 2021, ke-41 lokasi itu terdiri dari lima pasar tradisional dan 36 lokasi lingkungan masyarakat. Wakil Direktur Utama BRI Catur Budi Harto mengungkapkan bahwa BRI Peduli Yok Kita Gas menjadi wujud komitmen BRI mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals) melalui Pilar Pembangunan Sosial, Pilar Pembangunan Ekonomi dan Pilar Pembangunan Lingkungan.
"Masyarakat di berbagai wilayah di Indonesia terutama di wilayah padat pemukiman atau wilayah kota mendapatkan manfaat dari program ini, antara lain mendapatkan wawasan tentang kondisi pengelolaan sampah, mendapatkan keterampilan dalam memilah sampah dari rumah, sehingga mampu mengatasi persoalan sampah dari rumah tangga," papar Catur.
Dari sisi sosial, BRI Peduli Yok Kita Gas memberi edukasi tentang pengelolan sampah, disertai berbagai pelatihan seperti pelatihan pengelolaan sampah, pembuatan laporan, pembukuan, management SDM dan pemakaian alat-alat pengelolaan sampah.
Sosialisasi tentang bank sampah dan pengelolaan sampah di pasar itu tercatat diikuti sebanyak 3.065 pedagang pasar dari berbagai wilayah.
Dari sisi lingkungan, BRI Peduli Yok Kita Gas menyampaikan informasi mengenai pemilahan sampah baik organik dan anorganik. Sampah yang terkumpul lalu dipilih dan dipilah menjadi sampah organik dan anorganik.
Catur menjelaskan, sampah anorganik dapat diolah lagi menjadi barang bernilai ekonomis. Dukungan itu diwujudkan melalui penyaluran 173 unit bak maggot komunal dan 50 unit kandang Black Soldier Fly (BSF).
"Hasilnya hingga saat ini sudah terkumpul 236.153 kg sampah organik dan 471.323 kg sampah anorganik di bank sampah. Selain itu juga tercatat sebanyak 6.921,5 kg maggot terjual dan juga sebanyak 34.739.868 Kg CO2e karbon tereduksi melalui bank sampah," papar Catur.
Dari sisi ekonomi, Gerakan Anti Sampah Yok Kita Gas berhasil mengubah pandangan masyarakat tentang mengubah sampah jadi uang. Sampah anorganik akan dicacah menggunakan alat pencacah sampah yang disediakan BRI, sebelum cacahan sampah dijual kepada pengumpul sampah, memberi masyarakat tambahan pendapatan.
Hasilnya, tercatat total tabungan masyarakat yang melakukan penukaran sampah jadi duit di bank sampah sebanyak Rp104.420.916 dengan jumlah nasabah bank sampah yang terdaftar sebanyak 8.699 nasabah.
BRI Peduli Yok Kita Gas, Upaya Nyata Atasi Perubahan Iklim
Catur menambahkan, BRI Peduli Yok Kita Gas merupakan program pengelolaan sampah terpadu yang mengoptimalkan lahan dan sumber daya yang dimiliki secara berkelanjutan. Dirinya optimis, gerakan ini dapat meningkatkan kesehatan masyarakat, mendorong terciptanya energi bersih dan terjangkau, serta membantu penanganan perubahan iklim.
"Sampah yang dibuang diharapkan dapat dikelola dan dimanfaatkan menjadi energi listrik, didaur ulang menjadi industri kertas, dimanfaatkan untuk campuran aspal, bahan baku plastik atau untuk jenis organik, bisa dikelola menjadi kompos atau sumber energi listrik," katanya.
BRI Peduli Yok Kita Gas terbagi menjadi dua implementasi, yakni Yok Kita Gas di Pasar Tradisional dan di lingkungan masyarakat (Stand Alone Location).
Di lingkungan masyarakat, pelaksanaan dilakukan di lokasi Bank Sampah atau Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) yang telah dikelola oleh masyarakat yang berlokasi padat penduduk baik di Kota/Desa. Khusus pasar tradisional, program dilakukan di lima Pasar Tradisional yang memiliki peringkat terbaik dalam program pasar.id. masing-masing di Kota Bandung, Semarang, Surabaya, Malang dan Denpasar.
"Kami menyadari bahwa pasar merupakan salah satu sarana publik tempat berlangsungnya aktivitas ekonomi masyarakat, dimana aktivitas di Pasar menimbulkan sampah setiap hari. Oleh Karena itu, kami mengajak pedagang maupun masyarakat yang beraktivitas di pasar untuk menjaga kebersihan pasar di mana sampah yang dihasilkan dapat dipilah dan diolah dengan tepat," pungkas Catur.
(rea/rir)