Elena Baturina, Konglomerat Wanita Rp21 T yang Minggat dari Rusia
Elena Baturina merupakan salah satu konglomerat wanita dunia yang berasal dari Rusia. Ia mengumpulkan pundi-pundi hartanya dari beragam bisnis, mulai dari real estate hingga investasi energi terbarukan.
Berdasarkan catatan Forbes, per Minggu (20/7), total kekayaan Baturina mencapai US$1,3 miliar atau sekitar Rp21,2 triliun (asumsi kurs Rp16.315 per dolar AS). Kekayaannya itu menempatkannya pada peringkat ke-2.596 dunia.
Kesuksesan Baturina disebut tak lepas dari peran mendiang suaminya Yuri Luzkhkov yang menjabat sebagai walikota Moskow selama bertahun-tahun.
Lantas bagaimana kisah hidupnya?
Lihat Juga : |
Dilansir dari berbagai sumber, Yelena Nikolayevna Baturina atau Elena Baturina lahir di Moskow, Rusia pada 8 Maret 1963. Ia besar di lingkungan keluarga kelas pekerja.
Setelah lulus SMA, pada 1980, Baturina bekerja sebagai teknisi desain di pabrik peralatan Frazer, tempat di mana kedua orang tuanya bekerja.
Selang dua tahun, Baturina memilih untuk menjadi periset di Institut Pengembangan Ekonomi Terintegrasi Moskow dan aktif di Komisi Mosgorispolkom bagian aktivitas korporat.
Pada 1987, Baturina bertemu dengan sosok yang akan menjadi suaminya, Yuri Luzkhkov, yang kala itu menjabat sebagai salah satu chairman di Komisi Mosgorispolkom.
Lihat Juga : |
Awalnya, Baturina dan Luzkhov hanya berhubungan bisnis. Namun, benih-benih asmara tumbuh dan keduanya menikah pada 1991. Di tahun yang sama, Baturina mendirikan Inteco, perusahaan investasi dan konstruksi di Rusia. Selang setahun, Luzkhov terpilih menjadi walikota Moskow.
Inteco awalnya merupakan perusahaan plastik. Namun, seiring berjalannya waktu Baturina menjadikan bisnisnya sebagai perusahaan semen, konstruksi dan real estate.
"Saya merupakan salah satu pengusaha pertama yang mulai membangun perusahaan swasta mereka sendiri ketika Perestroika dimulai di Rusia dan negara memulai reformasi berorientasi pasar," ujar Baturina dalam wawancaranya bersama The Guardian pada 2013 lalu.
Sebagai perusahaan milik istri walikota, Inteco berkembang pesat. Bahkan, sejumlah pihak menuding Baturina menggunakan pengaruhnya sehingga Inteco bisa memenangkan tender memasok 85 ribu kursi Stadium Luzhniki, stadion terbesar di Moskow, pada 1998.
Ia juga membantah menggunakan pengaruh jabatan suaminya dalam memenangkan sejumlah proyek. Pasalnya, perusahaannya menghindari proyek yang berasal dari pemerintah kota.
Lihat Juga : |
Pada 2001, Inteco semakin menguatkan bisnis kontruksinya dengan mengakuisisi saham pengendali dari salah satu perusahaan konstruksi hunian terbesar di Moskow, DSK-3. Keputusan ini menjadi batu pijakan Inteco sebagai perusahaan konstruksi besar di Rusia.
Baturina mengakui, sebagai wanita, ia kerap diremehkan di industri konstruksi yang identik dengan pria.
"Setiap pengusaha pria yang datang ke kantor saya merasa perlu untuk mengasah egonya dan memuji saya betapa hebatnya dia - hal itu akan berlangsung berjam-jam. Namun, sementara dia bersolek seperti burung merak, saya akan mencatat kelemahannya dan menggunakannya dalam negosiasi," ujar Baturina dalam petikan wawancara bersama The Telegraph pada 2017 lalu.
Kemudian, Baturina sempat membawa Inteco merambah bisnis semen sebelum menjualnya pada Eurocement Group pada 2005.
Tak lama, Inteco juga menjual DSK-3 dan memilih fokus pada bisnis real estate komersial dan investasi. Beberapa proyek perusahaan antara lain kompleks hunian Grand Park, Shuvalov, Volga hingga bangunan akademi kemanusiaan Universitas Negeri Moskow.
Di tangan Baturina, Inteco juga mengempit sejumlah saham 'blue chip' dari perusahaan raksasa Rusia seperti Sberbank, Gazprom, hingga Russian Zemelny Bank.
Keputusan ini terbilang menguntungkan. Pasalnya, Baturina mengantongi keuntungan yang besar saat menjual saham-saham tersebut saat krisis 2009.
Baturina menggunakan keuntungan dari penjualan saham tersebut untuk membeli Pabrik Semen Verkhnebakansky dan Atakaytsement.
Pada 2010, portofolio proyek pengembangan properti Inteco mencapai 7 juta meter persegi dan memiliki kapasitas produksi semen lebih dari 600 ribu ton per tahun.
Perusahaan juga tercatat memiliki beberapa hotel di Austria seperti Grand Tirolia Golf & Ski Resort hingga Quisisana Palace.
Kesuksesannya mengembangkan perusahaan membuat Baturina sempat menjadi pengusaha wanita terkaya di Rusia dan salah satu pembayar pajak terbesar.
Hengkang dari Rusia
Baturina memutuskan untuk meninggalkan Rusia setelah suaminya dicopot dari jabatan orang nomor satu di Moskow oleh Presiden Dmitry Medvedev pada 2010. Kala itu, Luzhkov dituding melakukan korupsi yang hingga kematiannya pada 2019 belum terbukti.
Baturina terpaksa menjual seluruh bisnisnya di Benua Merah. Pemerintah Rusia pun mengambilalih lahan miliknya di Moskow.
London menjadi kota pilihan Baturina lantaran kedua putrinya menempuh pendidikan tinggi di sana.
Kendati tak lagi tinggal di Rusia, Baturina tetap aktif berbisnis. Pada 2015, Baturina resmi memiliki kantor di New York mengingat ia berinvestasi pada proyek bangunan komersial senilai US$10 juta di Brooklyn.
Ia juga berinvestasi pada sejumlah proyek pengembangan hunian dan energi terbarukan di Eropa dan AS.
Saat ini, Baturina tinggal di London, Inggris. Selain berbisnis, ia juga aktif beramal melalui Yayasan Be Open yang ia dirikan pada 2012. Yayasan ini fokus pada pendidikan, seni dan ide kreatif generasi muda.
(sfr/bac)