Kesepakatan Dagang AS dengan Sejumlah Negara Angkat Harga Minyak
Harga minyak naik pada Jumat (26/7) karena optimisme pasar terhadap hasil pembicaraan perdagangan global yang meningkatkan prospek pertumbuhan ekonomi dan permintaan energi.
Mengutip Reuters, harga minyak mentah Brent naik 29 sen atau 0,42 persen menjadi US$69,47 per barel. Senada, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS menguat 29 sen atau 0,44 persen menjadi US$66,32 per barel.
Kenaikan ini didorong oleh sentimen positif terhadap kemungkinan tercapainya lebih banyak kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan mitra dagangnya menjelang tenggat waktu 1 Agustus.
Setelah AS mengumumkan kesepakatan perdagangan dengan Jepang, dua diplomat Eropa mengatakan bahwa Uni Eropa juga tengah mendekati kesepakatan dengan AS. Kesepakatan mencakup tarif dasar 15 persen terhadap impor dari Eropa dengan kemungkinan pengecualian tertentu.
Analis ING menyebut optimisme terhadap hasil pembicaraan perdagangan mampu menutupi kekhawatiran pasar atas potensi peningkatan pasokan minyak dari Venezuela.
Sumber menyebutkan bahwa AS sedang bersiap untuk mengizinkan mitra perusahaan minyak negara Venezuela, PDVSA, termasuk Chevron, untuk kembali beroperasi secara terbatas di negara yang dikenai sanksi tersebut.
Jika kebijakan itu diberlakukan, ekspor minyak Venezuela bisa meningkat lebih dari 200 ribu barel per hari, yang diperkirakan akan membantu meredakan ketatnya pasokan minyak mentah berat di pasar, terutama bagi kilang-kilang AS.
Selama pekan ini, Brent mencatat kenaikan sekitar 0,4 persen, sementara WTI turun 1,4 persen. Kedua kontrak naik sekitar 1 persen pada Kamis setelah laporan pemangkasan ekspor bensin Rusia dan penurunan signifikan stok minyak AS.
Data dari Badan Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah turun 3,2 juta barel menjadi 419 juta barel pekan lalu, jauh melebihi perkiraan penurunan 1,6 juta barel.
Analis IG, Tony Sycamore, mengatakan bahwa harga minyak yang bertahan di atas kisaran US$64-US$65 menunjukkan potensi untuk rebound menuju US$70 per barel.
Ia menambahkan bahwa data ekonomi dari China dan Amerika Serikat pekan depan, termasuk aktivitas manufaktur, inflasi, pekerjaan, dan inventori, akan menjadi perhatian utama pelaku pasar.
(ldy/agt)