Ritel Akui Dapat Tekanan Jual Beras Premium di Tengah Kasus Oplosan

CNN Indonesia
Jumat, 15 Agu 2025 06:40 WIB
Aprindo mengungkapkan pelaku usaha ritel sempat mendapat tekanan untuk tetap menjual beras premium di tengah mencuatnya kasus beras oplosan.
Aprindo mengungkapkan pelaku usaha ritel sempat mendapat tekanan untuk tetap menjual beras premium di tengah mencuatnya kasus beras oplosan. Ilustrasi. (CNN Indonesia/ Sakti Darma Abhiyoso).
Jakarta, CNN Indonesia --

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Solihin mengungkapkan pelaku usaha ritel modern sempat mendapat tekanan untuk tetap menjual beras premium di tengah mencuatnya kasus beras oplosan.

Menurutnya, situasi ini membuat sejumlah peritel memilih mengurangi stok di gerai.

Solihin menjelaskan di tengah mencuatnya kasus beras oplosan, pelaku usaha ritel modern berada di posisi sulit. Di satu sisi, pemerintah pusat tetap menginginkan merek-merek beras yang disebut dalam kasus tersebut tetap dipajang di rak penjualan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, aparat kepolisian memanggil peritel untuk dimintai keterangan. Sementara, sebagian masyarakat menghendaki produk itu tidak ditampilkan.

Bahkan, ada pemerintah daerah yang secara langsung meminta merek-merek beras tersebut diturunkan dari gerai.

"Pemerintah tetap menginginkan produk yang disebut tadi di-display. Ada pemerintah daerah, provinsi loh ya, yang minta produk-produk yang disebutkan oleh Mabes Polri (yang tidak sesuai mutu) itu diturunkan," ujarnya di Lippo Mall Nusantara, Jakarta Selatan, Kamis (14/8).

"Ada pemerintah daerah yang menginginkan itu. Ada masyarakat juga, enggak semuanya lah. Kalau saya sebut ada, pasti ada. Kita juga sebagai pedagang, enggak menginginkan kita dagang tapi enggak nyaman. Saya milih enggak dagang," ujarnya.

Ia menjelaskan jaringannya yang mencapai 54 ribu gerai sempat menghentikan penjualan merek-merek beras yang disebut polisi dalam kasus oplosan. Namun, sejak pekan lalu, penjualan sudah mulai dilakukan kembali, meski dengan stok yang terbatas.

"Cuma memang stoknya nipis kan, otomatis. Iya, yang brand-brand (tidak sesuai mutu) ini. Stoknya mau nipis. Kenapa? Barang enggak dikirim, stok yang ada tipis. Otomatis begitu kita di-display, habis," ujarnya.

Solihin mengatakan kekosongan stok di ritel modern beberapa waktu lalu terjadi karena peritel harus menghadapi berbagai tekanan, mulai dari pemeriksaan polisi hingga permintaan penarikan produk oleh pemerintah daerah dan desakan sebagian masyarakat.

"Saya peritel punya anggota 54 ribu, dalam keadaan kemarin anggota saya banyak dipanggil oleh polisi. Kenapa? Ya, karena menjual beras yang diumumkan, sehingga kita mengurangi lah," ujarnya.

Meski begitu, ia optimistis pasokan akan kembali normal dalam waktu dekat.

"Minggu depan insyaallah udah recovery lah," ujarnya.

Ia menambahkan stok beras premium juga terbatas karena banyak produsen yang sudah tidak memproduksi lagi.

Kasus beras oplosan mencuat setelah Satgas Pangan Polri menetapkan tiga tersangka dari PT Padi Indonesia Maju (PIM) Wilmar yang memproduksi empat merek beras premium, yakni Sania, Fortune, Sovia, dan Siip, tidak sesuai standar mutu.

Penyidik menyita total 13.740 karung beras dengan berat 58,9 ton yang kandungan beras patahnya melebihi ambang batas dan kadar air di atas ketentuan.

Polisi juga menemukan pelanggaran pada merek lain yang diproduksi oleh PT Food Station dan Toko Sumber Rejeki.

Sejak kasus ini mencuat pada Juli lalu, stok beras premium di sejumlah ritel modern seperti Indomaret, Alfamart, dan Alfamidi di Jakarta hingga Tangerang sempat kosong.

Petugas di gerai mengaku penarikan produk dilakukan setelah kasus oplosan terungkap.

[Gambas:Video CNN]

(del/sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER