Harga Minyak Naik Usai Ukraina Hantam Kilang Minyak Rusia

CNN Indonesia
Senin, 25 Agu 2025 11:07 WIB
Harga minyak dunia naik tipis pada Senin (25/8) setelah Ukraina menghantam sejumlah infrastruktur energi milik Rusia. (iStock/nielubieklonu).
Jakarta, CNN Indonesia --

Harga minyak dunia naik tipis pada Senin (25/8) setelah Ukraina menghantam kilang minyak, stasiun pompa, dan kereta pengangkut bahan bakar Rusia. Peristiwa ini memicu kekhawatiran potensi gangguan pasokan minyak dari negara tersebut.

Harapan terhadap penurunan suku bunga di Amerika Serikat juga turut mendukung prospek pertumbuhan ekonomi global dan permintaan bahan bakar.

Mengutip Reuters, harga minyak Brent naik 6 sen, atau 0,09 persen menjadi US$67,79 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 9 sen, atau 0,14 persen ke posisi US$63,75 per barel.

Serangan drone Ukraina pada Minggu (24/8) menyebabkan penurunan tajam kapasitas reaktor di salah satu pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Rusia, serta memicu kebakaran besar di terminal ekspor bahan bakar Ust-Luga, menurut pejabat Rusia.

Selain itu, kebakaran yang melanda kilang Novoshakhtinsk di Rusia akibat serangan drone Ukraina masih berlanjut hingga hari keempat. Kilang tersebut, yang sebagian besar mengekspor produk bahan bakar, memiliki kapasitas tahunan sebesar 5 juta metrik ton atau sekitar 100 ribu barel per hari.

"Melihat keberhasilan Ukraina dalam menyerang infrastruktur minyak Rusia, risiko terhadap harga minyak kini cenderung mengarah ke atas," kata analis pasar dari IG, Tony Sycamore.

Sementara itu, Wakil Presiden AS JD Vance menyebut bahwa Rusia telah membuat konsesi signifikan menuju penyelesaian negosiasi dalam perang dengan Ukraina.

Ia mengatakan Rusia kini mengakui bahwa mereka tidak akan bisa memasang rezim boneka di Kyiv, serta bersedia memberikan jaminan keamanan bagi integritas teritorial Ukraina.

Namun, Presiden AS Donald Trump memperbarui ancamannya bahwa sanksi terhadap Rusia akan diberlakukan jika tidak ada kemajuan dalam upaya perdamaian dalam dua minggu ke depan.

Di sisi lain, sentimen investor membaik setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengisyaratkan kemungkinan penurunan suku bunga dalam pertemuan bank sentral AS bulan depan.

"Suasana pasar yang lebih berani mendorong selera risiko investor terhadap komoditas, didukung oleh gangguan pasokan yang kembali terjadi pada sektor energi dan logam," tulis analis ANZ dalam sebuah catatan.

(ldy/dhf)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK