Peneliti Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet melihat pergantian posisi ini membuka babak baru dalam arah kebijakan fiskal Indonesia. Di tengah tekanan publik dan pasar, tantangan besar kini menanti di bawah kepemimpinan Purbaya yang baru.
Menurut Rendy, perubahan ini bisa menandai pergeseran pendekatan kebijakan fiskal pemerintah ke depan.
"Sri Mulyani selama ini dikenal dengan kebijakan pengelolaan defisit secara ketat dan reformasi pajak bertahap. Purbaya, dengan pengalaman di LPS dan sektor keuangan, diperkirakan akan lebih menekankan pada aspek stabilitas sistem keuangan," kata Rendy.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menilai, meski Purbaya memiliki rekam jejak kuat di sektor keuangan, tantangan kebijakan fiskal akan jauh lebih kompleks. Terlebih, ruang fiskal yang tersedia semakin menyempit, dengan beban subsidi dan utang yang signifikan.
Dari sisi pasar, pengumuman reshuffle disambut dengan sikap hati-hati. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat melemah sekitar 1,3 persen, sementara nilai tukar rupiah relatif stabil di Rp15.400 per dolar AS.
"Pasar obligasi juga berpotensi menghadapi kenaikan yield apabila disiplin anggaran tidak dijaga. Ini sinyal bahwa arah kebijakan fiskal yang konsisten akan menjadi kunci dalam membangun kembali kepercayaan investor," jelas Rendy.
Menurutnya, hubungan dengan investor perlu segera dibangun ulang, khususnya dalam meredakan kekhawatiran atas potensi pelebaran defisit maupun perubahan arah kebijakan yang tidak terprediksi.
Apalagi, pergantian ini juga terjadi di tengah tekanan publik terhadap efektivitas dan transparansi kebijakan fiskal. Pemerintah saat ini menghadapi berbagai tuntutan, mulai dari efisiensi anggaran, keadilan dalam pemberian subsidi, hingga pembenahan sistem perpajakan.
Dengan defisit anggaran berada di kisaran 2,5-3 persen terhadap PDB, serta subsidi energi dan pangan yang menembus Rp500 triliun per tahun, ruang fiskal menjadi terbatas. Ditambah lagi, rasio utang pemerintah kini mendekati 40 persen terhadap PDB, yang membuat manuver fiskal perlu lebih berhati-hati.
"Sehingga, Menteri Keuangan yang baru perlu menyeimbangkan antara mendukung program prioritas pemerintah dan menjaga keberlanjutan fiskal. Ini bukan tugas ringan," tegasnya.
Oleh sebab itu, Rendy menilai keberhasilan Purbaya dalam mengelola ekonomi nasional, akan sangat bergantung pada konsistensi kebijakan fiskal dan kemampuannya merespons dinamika pasar dan aspirasi publik.
"Terkait hubungan dengan investor, saya kira kita perlu menunggu seberapa mampu beliau bisa 'menenangkan' pasar," ujarnya.
Lanjut Rendy, keseimbangan antara ambisi pembangunan dan pengelolaan risiko fiskal akan menjadi kunci untuk menjaga stabilitas ekonomi makro ke depan.
"Ke depan, keberhasilan pergantian ini akan sangat bergantung pada konsistensi kebijakan dalam merespons dinamika pasar dan aspirasi publik. Keseimbangan antara pembiayaan program pembangunan dan pengelolaan risiko fiskal akan menentukan stabilitas ekonomi makro Indonesia," pungkasnya.
(agt)