Harga Minyak Stabil Akibat Tarik Menarik Sentimen
Harga minyak bergerak datar pada Kamis (11/9) pagi di tengah sentimen melemahnya permintaan di Amerika Serikat dan meningkatnya kekhawatiran pasar atas kelebihan pasokan global.
Mengutip Reuters, harga minyak mentah Brent tercatat naik tipis 1 sen atau 0,01 persen ke posisi US$67,50 per barel. Senada, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS menguat 2 sen atau 0,03 persen menjadi US$63,69 per barel.
Kedua kontrak acuan tersebut sebelumnya menguat lebih dari US$1 pada Rabu (10/9) setelah Israel melancarkan serangan terhadap pimpinan Hamas di Qatar, menyusul insiden penembakan di Yerusalem yang menewaskan enam orang.
Namun kini, fokus pasar beralih ke indikator ekonomi dan keseimbangan suplai-permintaan. Data Energy Information Administration (EIA) menunjukkan bahwa stok minyak mentah AS naik 3,9 juta barel dalam pekan yang berakhir 5 September, berbanding terbalik dengan perkiraan penurunan 1 juta barel.
Stok bensin juga naik 1,5 juta barel, melampaui ekspektasi penurunan 200 ribu barel.
Peningkatan persediaan, ditambah penurunan harga produsen dan melemahnya pasar tenaga kerja, menjadi sinyal pelemahan ekonomi AS yang semakin nyata.
Alhasil itu membuat kenaikan harga minyak imbas serangan Israel ke Qatar tertahan.
Apalagi pada saat sama muncul spekulasi pasar bahwa Federal Reserve akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan kebijakan pertengahan bulan ini.
"Pelonggaran kondisi pasar tenaga kerja membuat FOMC kemungkinan besar akan memilih pemangkasan 25 basis poin minggu depan, meskipun dissent triple langka untuk pemotongan 50 bps bisa saja terjadi," ujar Stephen Brown, Wakil Kepala Ekonom Amerika Utara di Capital Economics.
Sementara itu, Bank Sentral Eropa (ECB) diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya tetap pada pertemuan hari ini.
(ldy/sfr)