ANALISIS

Benarkah Ada yang Menahan Laju Ekonomi RI di 5% Seperti Kata Purbaya?

Lidya Julita Sembiring | CNN Indonesia
Rabu, 29 Okt 2025 07:05 WIB
Ekonom menilai ada sejumlah faktor yang membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia tertahan di kisaran 5 persen.
Ekonom menyarankan Purbaya memberikan klarifikasi atas dugaan ekonomi RI ada yang menahan agar tak menjadi bola liar. Ilustrasi. i(CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).

Sementara itu, Peneliti Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai pernyataan Purbaya sebaiknya segera diklarifikasi agar tidak menimbulkan spekulasi di masyarakat.

"Hal ini perlu dijelaskan langsung oleh Pak Purbaya agar tidak menjadi bola liar di publik," ujar Rendy.

Rendy berpendapat, stagnasi pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam satu dekade terakhir sebetulnya lebih disebabkan oleh kinerja sektor industri manufaktur yang belum optimal.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sektor ini memiliki kontribusi terbesar terhadap PDB, sehingga pergerakannya sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan nasional.

"Ketika industri manufaktur melambat, dampaknya langsung terlihat pada perlambatan ekonomi nasional. Tren sepuluh tahun terakhir menunjukkan hal ini sangat jelas," katanya.

Menurut Rendy, alih-alih memperdebatkan soal ada tidaknya 'penghambat' pertumbuhan ekonomi, pemerintah seharusnya fokus pada langkah konkret untuk mempercepat pertumbuhan, terutama melalui penguatan sektor industri manufaktur.

Kementerian Keuangan, lanjutnya, memiliki peran strategis untuk mendorong sektor ini lewat kebijakan insentif fiskal, seperti pemberian subsidi atau stimulus khusus bagi subsektor manufaktur bernilai strategis.

"Insentif fiskal bisa diarahkan untuk subsektor manufaktur yang berperan besar dalam menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan daya saing ekspor," jelas Rendy.

Selain insentif, investasi juga menjadi faktor penting. Dalam lima tahun terakhir, investasi di sektor manufaktur memang meningkat, namun masih terpusat pada program hilirisasi, khususnya di sektor pertambangan.

Rendy menilai, investasi di subsektor manufaktur padat karya masih terbatas.

"Padahal subsektor ini punya potensi besar dalam menyerap tenaga kerja dan memperluas basis industri nasional," katanya.

Ia juga menekankan pentingnya diversifikasi investasi agar tidak hanya bertumpu pada komoditas primer. Pemerintah perlu mendorong investasi yang memperkuat rantai nilai domestik dan memperluas basis ekspor bernilai tambah.

"Investasi memang kunci untuk membawa pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen, tapi jangan hanya di hilirisasi tambang. Perlu dorongan merata ke berbagai subsektor manufaktur lain," terangnya.

Dengan strategi seperti itu, Yusuf yakin potensi ekonomi Indonesia bisa meningkat secara berkelanjutan tanpa menimbulkan tekanan pada stabilitas makro.

Di sisi lain, Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky mengatakan ada beberapa hal yang harus dilakukan pemerintah untuk meningkat laju pertumbuhan ekonomi selain mengkambing hitamkan pihak lain yang tidak jelas.

Misalnya, melakukan reformasi struktural, mengurangi misalokasi sumber daya hingga peningkatan produktivitas.

"Salah satu program yang menurut saya quick wins adalah deregulasi untuk mengurangi kompleksitas perizinan sehingga memicu naiknya investasi," katanya.

Selain itu, Riefky menyarankan agar pemerintah memberantas praktek perburuan rente yang sampai saat ini masih berkeliaran bebas dalam proses bisnis dan investasi di dalam negeri.

Lalu, penegakan dan kepastian hukum dinilai perlu untuk dijalankan agar ada efek jera bagi oknum yang bermain dalam proses bisnis dalam negeri.

"Pemerintah juga perlu mengurangi dominasi negara di berbagai sektor seperti KDMP (Koperasi Desa Merah Putih) dan MBG (makan bergizi Gratis) karena menimbulkan crowd-out dan mengurangi investasi," pungkasnya.

(sfr)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER