KANKER PADA ANAK

Mengatasi Minimnya Tenaga Ahli Kanker Anak

CNN Indonesia
Rabu, 20 Agu 2014 11:20 WIB
Dibanding penyakit menular yang angka kejadiannya masih tertinggi di Indonesia, penanganan penyakit kanker dinilai belum cukup mendapat perhatian.  Peningkatan kemampuan tenaga medis di tingkat  puskesmas jadi sangat diperlukan.
Jakarta, CNN Indonesia -- Dibanding penyakit menular yang angka kejadiannya masih tertinggi di Indonesia, penanganan penyakit kanker dinilai belum cukup mendapat perhatian.  Apalagi untuk kanker pada anak. Pinta Manullang-Panggabean pendiri  Yayasan Anyo Indonesia (YAI) mencatat data saat ini hanya 61 orang dokter ahli kanker anak. Sedangkan kasus barunya sekitar 4.100 setiap tahunnya.

“Kanker memang penyakit nonmenular. Presentasenya mungkin kecil. Tapi kalau dikalikan dengan jumlah penduduk Indonesia kan besar, nah itu siapa yang peduli?” kata Pinta kepada CNN Indonesia (19/8).

Karenanya menurut Pinta tak hanya di rumah sakit besar,  masyarakat dan tenaga medis di Puskesmas juga sebaiknya memiliki kemampuan dasar untuk menangani pasien kanker anak. “Kami memahami karena menyaksikan sendiri  betapa anak-anak pengidap kanker ini kurang penanganannya karena sedikitnya tenaga medis,” kata Pinta.  

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Inilah salah satu alasan mengapa YAI yang bergerak dibidang pendampingan pasien anak dan keluarga saat menjalani perawatan di rumah sakit ikut menjadi fasilitator dalam Simposium Tentang Perawatan Paliatif pada Pasien Kanker Anak yang diadakan  Departemen  Ilmu Kedokteran  Universitas Indonesia, di RS Cipto Mangunkusumo, 19-20 Agustus.

“Karena ilmu paliatif ini kan masih bisa dibilang cukup langka,” kata Pinta. Paliatif adalah cabang terapi yang mengurangi penderitaan dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Jadi bukan sekadar mengobati.

Ada yang berbeda pada penanganan pasien kanker anak beberapa waktu terakhir. Dulu pasien kanker langsung dirujuk ke rumah sakit besar. Tapi kini  semua pengidap kanker diarahkan untuk berobat di Puskesmas  dulu.

“Sayangnya pasien kanker ke puskesmas belum percaya diri. Dokter puskesmasnya juga nggak percaya diri menangani, langsung merujuk ke rumah sakit. Padahal belum tentu rumah sakit mencukupi kapasitasnya,”  kata Pinta.

Melalui pelatihan lewat simposium semacam ini, Pinta berharap kemampuan tenaga medis tingkat puskesmas bisa meningat. Puskesmas juga diharapkan bisa berperan sebagai rumah sakit bagi pengidap kanker meski dalam cakupan yang lebih kecil.  

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER