PERSIAPAN NAIK HAJI

Musuh Jemaah Haji: Suhu Tinggi dan Kelelahan

CNN Indonesia
Rabu, 27 Agu 2014 12:22 WIB
Jemaah haji yang berisiko tinggi biasanya karena mengidap penyakit-penyakit seperti hipertensi, diabetes, sampai ginjal yang membutuhkan cuci darah rutin.
Jakarta, CNN Indonesia -- Bulan berhaji jadi masa yang sarat dengan berbagai emosi bagi umat Islam khususnya di Indonesia. Suka cita ketika ada kerabat yang berkesempatan menunaikan ibadah.

Tapi tak jarang duka cita hadir ketika mendapat kabar kerabat yang sedang berhaji jatuh sakit bahkan meninggal dunia di tanah suci.

Hampir tiap tahun berita duka sampai ke tanah air dari para jemaah haji. Tahun 2013 saja, sebanyak 149 jemaah dikabarkan meninggal dunia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Usia memang bukan perkara manusia. Pemerintah sendiri sudah mencoba memberikan pelayanan kesehatan bagi para jemaah. Mulai dari sebelum keberangkatan,  selama ibadah haji berlangsung, hingga setelah kepulangan.

Dari sebelum keberangkatan pemerintah telah melakukan pemeriksaan kesehatan para jemaah untuk mengidentifikasi penyakit-penyakit yang diderita jemaah.

Hasil pemeriksaan tersebut dapat membantu dokter yang bertugas untuk memisahkan jemaah haji yang sehat dengan jemaah haji resiko tinggi.

Menurut Ryan (47) tahun jemaah asal Jakarta yang berangkat haji pada tahun 2013, jemaah haji yang berisiko tinggi biasanya karena mengidap penyakit-penyakit seperti hipertensi, diabetes, sampai ginjal yang membutuhkan cuci darah rutin.

“Mereka yang membutuhkan pengawasan khusus dari tenaga medis selama di Arab Saudi,” kata Ryan.  

Tetapi secara umum, pengawasan kesehatan jemaah haji tidak hanya diberikan pada mereka yang berisiko tinggi saja. “Rombongan, termasuk jemaah yang sehat selalu didampingi dan ditangani dokter dari Indonesia jika ada yang tiba-tiba sakit,” kata  Ferry Herlina (58) yang naik haji pada tahun 2012 pada CNN Indonesia.

Baik Ferry maupun Ryan sepakat bahwa secara umum di Mekah, Madinah dan Jedah sarana medis seperti ambulan dan tenaga medis cukup lengkap.

Namun Ryan mengungkapkan kelengkapan tidak sebanding dengan kuantitas. Untuk melayani ratusan ribu jemaah, sarana medis yang berupa dua tenda peleton dirasa kurang memadai.  

Belum lagi perbedaan suhu yang sangat drastis dengan Indonesia juga dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan. “Secara umum penyakit yang diderita jamaah adalah  flu dan batuk,” kata Ferry.

Suhu yang drastis ini juga menimbulkan kekhawatiran akan jemaah mengalami dehidrasi dan juga penyakit lain karena kepanasan. “Disarankan agar jemaah banyak minum dan sering menyemprotkan air ke tubuhnya sendiri,” ucap Ryan menambahkan,

****

Tak hanya soal suhu, padatnya jadwal kegiatan selama menunaikan ibadah  haji juga dapat menurunkan kualitas kesehatan jamaah.

“Agak sulit menjaga  kesehatan dengan mengatur antara kegiatan ibadah yang padat dan pola makan yang benar,” kata Ryan yang sempat jatuh sakit selama dua hari akibat kelelahan.

“Demam tinggi selama dua hari, enggak bisa keluar dari penginapan. Untungnya itu setelah wukuf di Arafah yang jadi intinya kegiatan berhaji,” kata Ryan.  

Ryan tak sendiri, karena berdasarkan pengamatannya memang jemaah banyak yang tumbang setelah wukuf. Meski hanya berdiam diri untuk beribadah semata di padang nan luas, suhu yang luar biasa panas cukup riskan bagi jemaah.

Namun Ryan merasa bersyukur bahwa kadar kolesterol darahnya yang sering tak stabil, justru tidak bermasalah selama berhaji. Padahal jenis makanan selama di Arab Saudi tergolong berbahaya dengan banyaknya hidangan yang menggunakan daging sapi dan kambing.

Dia menduga kolesterol justru terkontrol karena banyaknya aktifitas yang dilakukan. “Banyak jalan, menjelajah, kesana kemari lebih banyak jalan karena naik kendaraan macet juga,” katanya.

Jika merasa tak enak badan selama berhaji, berdasarkan pengalaman Ryan tak sulut mendapatkan pertolongan. Tinggal melapor ke pos kesehatan terdekat dan langsung ditangani dokter dan perawat yang bertugas.

Jika tak bisa diatasi, jemaah bisa dipindahkan ke pusat kesehatan milik Indonesia yang ada di Mekah dan Madinah. Selanjutnya jika membutuhkan penanganan lebih lanjut baru dirujuk ke rumah sakit.

Meski tak ada perbedaan dalam layanan kesehatan untuk jemaah haji baik yang jenis reguler atau plus, namun fasilitas seperti penginapan dan konsumsi yang berbeda dari dua kelas ini sering berimbas pada kesehatan jemaah juga.

“ONH reguler itu untung-untungan. Kalau dapat yang bagus ya bagus, kalau tidak ya tidak,” kata Ryan. Nah jenis ONH yang tidak nyaman ini membuat jemaah yang tidak betah tinggal di tenda saat wukuf,dan memilih berada di luar semalaman, sehingga  lebih berisiko terserang penyakit.

 

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER