PROFIL DESAINER

Nili Lotan, Ketika Fesyen Bertemu Jurnalisme

CNN Indonesia
Rabu, 03 Sep 2014 15:37 WIB
Fesyen adalah membuat pernyataan. Perancang mode Nili Lotan memilih citranya dengan mengangkat isu-isu sosial politik seperti runtuhnya Tembok Berlin dan tembok pemisah di Tepi Barat untuk menciptakan fesyen berkelas selama hampir satu dekade.
Jakarta, CNN Indonesia -- Fesyen adalah membuat pernyataan. Perancang mode Nili Lotan memilih citranya dengan mengangkat isu-isu sosial politik seperti runtuhnya Tembok Berlin dan tembok pemisah di Tepi Barat untuk menciptakan fesyen berkelas selama hampir satu dekade.

"Kain adalah kanvas, pada dasarnya Anda mengatakan sesuatu," kata Lotan kepada CNN di ruang pamerannya di Manhattan. Menurut Lotan, bukan pendapatnya yang ingin dia ekspresikan, melainkan memprovokasi pemikiran atau pendapat siapa pun yang memakai atau melihatnya.

Bulan depan, perancang mode kelahiran Israel ini akan menampilkan sebuah retrospektif seri Fashion Meets Photojournalism di tokonya di kota New York, Amerika Serikat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia memotong ulang gaun cami sutra ciri khas desainnya pada koleksi lampau untuk proyek tersebut. Juga gaun baru debut sang desainer yang menampilkan fotografi bermuatan politik oleh fotografer Allan Tannenbaum.

Hasil penjualan akan disumbangkan untuk membantu kedua pihak berseteru Israel dan Hamas yang menewaskan lebih dari 2 ribu orang dan merusak prasarana Gaza.

***

Pada 1980 Lotan pindah ke New York. Seperti para orang kreatif, kebanyakan inspirasi desain Lotan mengacu pada hal yang dia tahu, seperti didikan dan pengalaman hidupnya.

Sebagai anak dari orangtua yang bertemu di sebuah kamp pengungsi Perang Dunia II di Austria, minatnya terhadap urusan global telah muncul sejak muda.

"Kami sangat menantikan berita-berita, peristiwa terkini, serta keadilan sosial," katanya seperti dikutip CNN, Rabu (3/9). “Di hari saya mengingat suara, saya ingat setiap hari ayah mendengar berita di radio."

Cintanya terhadap pakaian dan seni semata-mata datang dari ibunya, yang belajar desain tekstil sebelum perang tapi tidak pernah benar-benar menggunakan ilmunya tersebut pada skala lebih besar setelah bermigrasi ke Israel.

"Salah satu media tempat ia mengekspresikan kreativitasnya adalah pakaian, dan di masa-masa saat itu hal tersebut kedengarannya aneh, tidak banyak toko bisa dikunjungi untuk pergi dan membeli pakaian," kata Lotan, sehingga sang ibu membuatkan pakaian untuk keluarga.

Sebagai warga Israel, Lotan menjalani kewajiban dinas militer perempuan selama dua tahun sebagai pimpinan pelayanan sosial angkatan udara.

Usai masa dinas, Lotan mendaftar di Shenkar College of Engineering and Design atas desakan ibunya, setelah dibuka jurusan desain tekstil dan fesyen di sana. Pilihan tersebut menjahit nasibnya.

***

Sebelum memulai labelnya Nili Lotan Design Studio pada 2003, Lotan bekerja pada perusahaan pakaian raksasa macam Ralph Lauren, Adrienne Vittadini, Liz Claiborne, dan Nautica.

Pada 2006 saat Perang Lebanon, bersama suaminya musisi David Broza, Lotan putuskan menggabungkan ketertarikannya pada fesyen dan peristiwa hangat dunia.

"Setelah kami kembali, saya memiliki keterdesakan dan keinginan untuk berteriak dan mengatakan sesuatu tentang situasi di sana," kata desainer yang koleksinya juga dipakai para selebritas Hollywood seperti Paris Hilton, Sandra Bernhard, Liza Minnelli dan Martha Stewart.

"Saya sama sekali tidak mendukung senjata atau mempromosikan penggunaannya, saya hanya memprotes perang,” katanya.

Mekanisme pencetakan tekstilnya fokus pada estetika klasik, modern, dan minimal. Debut fesyen Lotan adalah koleksi dengan cap bergambar pistol, gaun sutra charmeuse, blus, dan syal.

Tujuh tahun setelah debut yang terinspirasi peristiwa politik, supermodel Karolina Kurkova menjadi berita utama karena memakai salah satu baju Lotan yang bergambar pistol pada 2013.

Para kritikus menganggap Kurkova tidak sensitif karena dia mengenakan baju tersebut di tengah kegagalan kongres meluluskan larangan senjata, sementara negara masih berkabung atas penembakan dan pemboman Boston Marathon.

Lotan sekarang fokus pada tindakan protes, seperti citra perubahan budaya Woodstock, protes di Paris pada 1968 dan seni jalanan anti-Vietnam bertajuk ‘Peace gotta come now’, sehingga cetakan bajunya tidak disalahartikan keluar konteks.

Namun sang desainer tidak berencana berhenti mengaburkan garis antara fesyen dan masalah sosial dalam waktu dekat.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER