KIPRAH ANNE AVANTIE

Sejarah Kebaya: Apa Kabar Kutubaru?

CNN Indonesia
Rabu, 03 Sep 2014 12:25 WIB
Busana nasional yang berasal dari desain kebaya Jawa merupakan keterlibatan dominasi serta hegenomi budaya Jawa. Kebaya tersebut dikembangkan dari persamaan pola dasar yang memiliki hampir sebagian besar busana daerah.
Kebaya berkutubaru.
Jakarta, CNN Indonesia -- Kebaya berpasangan dengan kain atau sarung sudah menjadi pakaian nasional kaum perempuan Indonesia. Meski lebih sering dipakai pada acara-acara resmi, kebaya juga mengalami berbagai perubahan seiring zaman.

Dari sepotong busana tradisional dengan ciri-ciri desain berkerah setali  — istilahnya bersurawe — atau lipatan sampai dada, belahan penutup pada bagian muka baik langsung maupun menggunakan bef dengan peniti atau kancing, serta berlengan panjang dengan bagian pergelangan tangan melebar atau menyempit, busana ini terus menghadapi modernisasi.

Sebutlah nama-nama besar perancang tanah air seperti, Anne Avantie, Biyan, Ramli, Ferry Sunarto, Raden Sirait, Adjie Notonegoro, dan Marga Alam. Mereka adalah para jenius kreatif yang tercuri perhatiannya melakukan inovasi kebaya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu jenis kebaya yang lumayan klasik adalah kebaya dengan bef atau kutubaru. Kutubaru adalah secarik kain yang menghubungkan lipatan kebaya di bagian dada. Kita mengenal sebagian besar ibu negara kita sebagai pengguna kebaya berkutubaru. Mulai dari Ibu Tien Soeharto, Ibu Ani Yudhoyono, juga Megawati Sukarnoputri.

Desainer Anne Avantie terkesan dengan kebaya kutubaru yang mewakili kebersahajaan yang memesona. Kebaya kutubaru adalah inspirasi pertama yang menggugahnya untuk segera terjun ke dalam dunia rancang kebaya modern.

Bentuknya yang khas, memiliki gier/ bef/ kutubaru (lapisan tengah berbentuk segi empat di muka kebaya) menyalakan semangat kreativitas.

Kebaya kutubaru biasanya berkolaborasi dengan korset, long torso, atau kamisol. Dengan kancing pengait yang terbuat dari benang (kutubaru), ciri klasik kebaya ini bagi Anne menyiratkan keanggunan hakiki seorang perempuan.

“Perempuan pedagang di pasar, perempuan terdidik yang sangat intelek, dan perempuan ningrat yang duduk dalam singgasana agung keraton menyukai potongan kebaya ini,” kata perempuan yang akrab disapa Bunda Anne itu saat ditemui CNN Indonesia di Butik Anne Avantie, Mall Grand Indonesia, Jakarta Pusat (30/8).

Efek sensualitasnya sangat kuat dan mencirikan citra feminin. Anne mengatakan, di banyak kesempatan resmi pemerintahan, kaum perempuan yang menggunakan kebaya kutubaru sebagai seragam yang paling tepat karena sifatnya yang universal.

Kebaya merupakan busana yang umumnya dikenal diseluruh Indonesia, tetapi kebaya identik dipakai oleh perempuan-perempuan Jawa. Perempuan Jawa mengenakan kebaya pendek dengan tambahan bahan berbentuk persegi panjang di bagian penutup depan (bef/ kutubaru). Berlengan panjang dengan bagian pergelangan tangan tidak terlalu lebar.

Pemakaiannya dikombinasikan dengan sebuah batik ber-wiron (berlipat-lipat) yang ditempatkan tengah dengan cara melilitkan kain tersebut melingkari badan dari kiri ke kanan.

Sebenarnya asal mula bef adalah dari kemben yang dipakai di dalam kebaya, dimana kebaya dibiarkan terbuka tanpa dikancingkan. Tetapi karena kepraktisan dan nilai estetis maka kemben sudah tidak dipakai lagi digantikan fungsinya dengan bef. Sebagai pelengkapnya biasanya digunakan selendang batik.

****

Busana nasional yang berasal dari desain kebaya Jawa merupakan keterlibatan dominasi serta hegenomi budaya Jawa terhadap dua ratus suku  di Indonesia. Kebaya tersebut dikembangkan dari persamaan pola dasar yang memiliki hampir sebagian besar busana daerah.

Pada zaman kolonial, kain kebaya dapat menunjukkan perbedaan kelas sosial perempuan dari berbagai kalangan. Perempuan Belanda pun mengenakan kebaya dengan motif-motif yang berbeda dari yang dipakai oleh perempuan Jawa.

Kaum ningrat mengenakan batik tulis dengan kebaya berbahan sutra, beludru, atau brokat. Sementara, kalangan biasa mengenakan batik dan kebaya buatan pabrik.

Kebaya dapat membedakan perempuan ke dalam kotak-kotak sosial mereka yang sudah baku. Memberikan indikasi kelompok etnis, pekerjaan dan status sosial dari laki-laki yang menjadi bapak atau suami mereka.

Setelah Indonesia merdeka, kain kebaya mempunyai makna dan manifestasi berbeda. Di era revolusi ia merupakan lambang identitas pribumi, maka dalam era Soekarno saat Indonesia sedang membangun, kebaya terkait identitas nasional.

Kebaya menjadi ciri khas Indonesia sejak dicanangkannya kebaya dan batik sebagai pakaian nasional oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin pada 1968. Kebaya pada saat itu lebih dititikberatkan pada kesan resmi.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER