Jakarta, CNN Indonesia -- Cat kuku digemari banyak wanita sebagai penghias kuku dan pemercantik penampilan. Namun bagaimana jika cat kuku ini bisa mendeteksi obat bius yang digunakan pemerkosa?
Empat mahasiswa Universitas Negeri Karolina Utara mengembangkan kegunaan cat kuku. Cat ini dapat berubah warna saat mengalami kontak dengan obat-obatan yang biasa digunakan dalam kasus pemerkosaan.
Kelompok mahasiswa tersebut menamai cat kuku inovatisinya dengan
Undercover Colours. Cat kuku ini belum ada di pasaran dan masih dalam proses perkembangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cara kerjanya sangat unik. Saat cat kuku mengalami kontak dengan obat-obatan predator seperti Rohypnol, Xanax, dan GHB, maka warnanya akan berubah. Agar dapat mendeteksi obat-obatan tersebut, wanita pengguna cat kuku harus mengaduk minumannya dengan jari secara perlahan-lahan. Jika cat kukunya berubah warna berarti minumannya sudah diracuni.
Salah satu penemunya Ankesh Madan menyatakan bahwa ide ini terlintas saat mereka memikirkan masalah sosial yang sedang banyak dihadapi. “Kami semua dekat dengan seseorang yang pernah mengalami pengalaman mengerikan dan kami mulai berfokus untuk mencari cara untuk mencegah kejahatan ini,” ungkapnya.
Penemuan inovatif ini dianggap berguna karena obat-obatan yang sering digunakan untuk obat bius umumnya tidak berwarna dan tidak berbau, sehingga sulit dideteksi secara awam. Namun salah satu media Washington Post menyatakan bahwa kebanyakan kasus pemerkosaan tidak menggunakan jenis obat yang dapat dideteksi.
Beberapa hasil pemeriksaan laboratorium juga menunjukkan cat kuku
Undercover Colours gagal mendeteksi obat-obatan tersebut. Washington Post menganggap bahwa penemuan ini hanya memiliki judul yang baik, tetapi akan menjadi alat yang tidak berguna.
Meskipun demikian, sudah banyak media yang memberitakan penemuan ini dan mendatangkan berbagai donasi, di antaranya US$ 100 ribu (sekitar Rp 1,1 miliar) dari satu investor untuk mengembangkan penemuan.