Jakarta, CNN Indonesia -- Kepiting
horseshoe hewan berbentuk seperti helm dengan ekornya yang panjang telah menyelamatkan manusia dengan darahnya. Sebanyak 600 ribu kepiting ditangkap setiap tahunnya untuk men”donasi”kan darah mereka.
Darah biru mungkin identik dengan istilah orang Indonesia saat mendefinisikan keturunan ningrat atau kerajaan. Tetapi darah biru yang dimiliki kepiting
horseshoe mengandung kekayaan protein dan sel
amebocyte yang dapat melawan bakteria yang menyerang darah kita.
Saat Perang Dunia II, pengobatan sama ditakutinya dengan peluru musuh, kondisi dan peralatan yang tidak higienis membuat luka dan penyakit menjadi ladang bakteria berkembang biak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun masalah ini telah ditangani oleh "darah biru" milik kepiting unik ini.
Kepiting yang hidup di perairan dangkal ini sangat riskan terinfeksi bakteri-bakteri yang ada di pasir. Sel
amebocyte yang terkandung dalam darahnya akan mengidentifikasi dan menangkap bakteria yang mencegahnya berkembang.
Penemuan ini telah digunakan dalam skala besar di seluruh dunia. Setiap tahunnya 600 ribu kepiting ditangkap dan sebanyak 30 persen darahnya diekstrak oleh berbagai fasilitas di Amerika Serikat dan Asia.
Hasil ekstrak ini dijual US$ 60 ribu atau sekitar Rp 703 juta per galonnya di industri global yang bernilai US$ 50 juta atau senilai Rp 500 miliar setiap tahunnya.
Berdasarkan situs CNN, Badan Administrasi Makanan dan Obat-Obatan Amerika Serikat mewajibkan seluruh obat-obatan dan peralatan medis yang digunakan pada pembuluh darah harus melalui darah kepiting ini.
Di belahan dunia lain darah ini juga digunakan untuk fungsi lain. Para ilmuwan Jepang telah merancang sebuah tes untuk infeksi jamur dengan darah ini.
Penelitian lainnya juga mengembangkan darah ini untuk antivirus dan pengobatan antikanker melalui prinsip yang sama dengan pengisolasian bakteri-bakteri.
Pengembangan lainnya menggunakan metode berbeda untuk mengidentifikasi racun dan bakteri, salah satunya dengan menggunakan
chip elektronik yang akan mewaspadai kontaminasi yang memungkinkan.
Ada lagi penemuan lain dari Universitas California dengan menggunakan kristal cair sebagai pendeteksi yang serupa dengan obat harga yang lebih murah.
Namun pengembangan ini belum diloloskan oleh Badan Administrasi Makanan dan Obat-Obatan Amerika Serikat sebagai alternatif lain.
Urgensi penemuan-penemuan lain selain darah biru ini semakin tinggi saat ada penurunan jumlah kepiting ini. Dalam 15 tahun terakhir jumlah kepiting
horseshoe ini berkurang sebesar 75 persen dan 90 persen di populasi terbesarnya di Teluk Delaware.
Meskipun setelah dipanen kepiting-kepiting ini dikembalikan, namun dalam proses ekstraksi sebanyak 10-30 persen kepiting mati dalam prosesnya.