Indonesia Termasuk Negara Bahagia

CNN Indonesia
Kamis, 04 Sep 2014 16:07 WIB
Badan Pusat Statistik (BPS) meluncurkan Indeks Kebahagiaan masyarakat Indonesia. Dalam survei tersebut, Indonesia meraih 65,11 poin dari skala 0-100. Artinya, Indonesia termasuk negara bahagia.
(Ilustrasi: Thinkstock)
Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (BPS) meluncurkan Indeks Kebahagiaan masyarakat Indonesia. Dalam survei tersebut, Indonesia meraih 65,11 poin dari skala 0-100. Artinya, Indonesia termasuk negara bahagia.

Indeks Kebahagiaan dibagi menjadi empat kategori, yaitu angka 0-25 disebut sangat tidak bahagia, 25-50 tidak bahagia, 50-75 bahagia, dan 75-100 sangat bahagia. “Dengan Indeks Kebahagiaan 65,11 secara nasional masih masuk ke dalam bahagia,” ujar Kepala BPS Suryamin.

Menurut Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik Kecuk Suhariyanto, permasalahan utama yang membuat tingkat kebahagiaan masyarakat Indonesia hanya 65,11 adalah karena kurang puas dengan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan. Di sisi lain, yang paling tinggi tingkat kepuasannya adalah keharmonisan di dalam rumah tangga.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam survei ini disebutkan seseorang yang menikah lebih bahagia dibandingkan yang belum menikah. Adapun, orang yang cerai hidup lebih tidak bahagia daripada yang cerai mati. Sementara bila ditinjau dari gender, ternyata wanita Indonesia lebih bahagia daripada kaum pria.

***

Psikolog Klinis Monica Sulistiawati mengatakan setuju dengan anggapan orang yang menikah cenderung lebih bahagia dibandingkan dengan yang tidak menikah. “Orang yang menikah punya teman hidup untuk berbagi suka dan duka hidup,” ujar Monica saat diwawancarai CNN Indonesia melalui telepon, Kamis (4/9).

Lebih lanjut, Monica menjelaskan bahwa orang yang tidak menikah mungkin punya teman untuk berbagi keluh kesah, tetapi teman tidaklah terus ada selayaknya suami atau istri.

Biasanya perbedaan kebahagiaan antara yang sudah menikah dan yang belum menikah tidak terlalu kentara saat seseorang masih di usia 20-an. Namun, ketika menginjak usia 30-an sampai 40-an, perbedaan tersebut semakin terlihat.

Orang yang belum menikah cenderung lebih tidak bahagia karena berbagai faktor. Tekanan dari orang sekitar merupakan salah satu faktor. Apalagi, menurut Monica, masyarakat Indonesia cenderung menggunjingkan orang-orang yang belum menikah di rentang usia tersebut.

Namun, Monica menjelaskan hal tersebut tidak mutlak berlaku bagi setiap orang. “Kebahagiaan seseorang tergantung dari bagaimana ia mengatur cara berpikirnya. Orang yang mampu merelakan akan lebih bahagia,” ujarnya.

Menurut wanita berusia 29 tahun ini, indikator kebahagiaan terdiri dari setidaknya lima hal, yaitu dapat berpikir positif, mampu menyelesaikan masalah, bersikap optimistis, kehidupan sejahtera, dan penuh harapan dalam menjalani hidup.

Sementara itu, Monica menilai orang yang cerai hidup lebih tidak bahagia dibandingkan dengan cerai mati karena orang yang cerai hidup biasanya lebih banyak tekanan dan sulit merelakan. “Orang yang cerai mati biasanya lebih mudah melupakan. Sementara, orang yang cerai hidup biasanya hidupnya lebih penuh konflik dan terkadang mengalami trauma,” kata Monica menjelaskan.

Dari segi gender, Monica menilai pria lebih tidak bahagia disebabkan karena tuntutan-tuntutan yang dialami. “Barangkali, karena pria dituntut menjadi kepala keluarga sehingga ditekan harus mampu memberi nafkah,” kata Monica.

Ia melihat masih adanya kesenjangan antara perempuan dan laki-laki di Indonesia turut menjadi faktor adanya tuntutan tersebut. “Kalau di negara maju mungkin laki-laki tidak dituntut sebagai pemberi nafkah utama sehingga tekanannya tidak seperti di Indonesia,” kata Monica kemudian mengakhiri pembicaraan.


LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER