Jakarta, CNN Indonesia -- Satu di antara tiga orang mengalami alergi. Dari serbuk sari, lateks, kacang, sampai binatang peliharaan. Tapi mengapa generasi sebelumnya tidak menderita epidemi tersebut? Apa yang membuat orang-orang di dunia modern rentan terkena alergi?
Sejumlah teori datang dan pergi selama bertahun-tahun, tapi sekarang para ilmuwan menemukan siapa yang seharusnya disalahkan.
Tubuh manusia dari kepala sampai kaki tertutupi bakteri. Menariknya, para ilmuwan percaya serangga mikroskopik dapat menjelaskan mengapa manusia kian rentan terkena alergi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bakteri yang menutupi kulit manusia berbaris di sekitar mulut dan mengisi perut kita tidak melebihi jumlah sel-sel manusia sendiri. Mereka memainkan peran penting dalam melatih sistem kekebalan tubuh manusia. Perubahan gaya hidup memengaruhi mikroorganisme ini, alergi adalah konsekuensinya.
Untuk menguji teori tersebut, kehidupan dua keluarga pengidap alergi dijadikan sampel penelitian. Dalam satu keluarga, Joe (8), mengidap asma parah, demam, eksim, dan alergi terhadap kacang, hewan peliharaan, dan debu.
Di keluarga kedua, Morgan (4), memiliki alergi tak berujung. Selain mengidap asma dan demam, dia alergi terhadap produk susu, kacang-kacangan, kedelai, buah kiwi, alpukat, pisang, lateks, kucing, anjing, dan kuda.
Kedua keluarga setuju menyiapkan perangkat pembersih bakteri di kulit, bahkan peralatan pembersih di rumah mereka sebagai petunjuk mengapa keluarga mereka mengidap alergi.
Alergi yang paling umum adalah serbuk sari, tungau debu rumah, cetakan, tawon dan lebah, hewan peliharaan seperti kucing dan anjing, bahan kimia industri dan rumah tangga, makanan seperti susu, kacang-kacangan, dan telur.
Hasilnya luar biasa. Seperti sebagian besar keluarga di Barat, jenis bakteri yang hidup lebih sedikit dibandingkan dengan orang-orang di suku tradisional di beberapa bagian negara berkembang. Satu komunitas pengumpul-pemburu ditemukan memiliki keragaman bakteri lebih tinggi, tapi hanya satu dari 1,5 ribu orang menderita alergi, berbeda dengan orang-orang Inggris yang satu dari tiga mengalami alergi.
Kehidupan di Barat tampaknya mengubah bakteri dan kerentanan manusia terhadap alergi. Namun gaya hidup Barat mana yang patut disalahkan?
Ada banyak kemungkinan penyebabnya, tetapi faktor terbesar barangkali dari cara kita membesarkan anak-anak kita.
Hari ini, seperempat bayi di Inggris lahir melalui operasi caesar. Berdasarkan data statistik yang signifikan dari sebuah penelitian ilmuwan Norwegia, bayi caesar 52 persen lebih mungkin menderita asma dibandingkan mereka yang lahir melalui vagina.
Ilmuwan memercayai bakteri yang mengenai bayi di jalan lahir dapat melindungi mereka dari alergi. Kelahiran sesar mungkin menjadi penyebab anak terkena alergi lebih besar.
Namun serangan terhadap bakteri terus berlanjut sampai mereka dewasa. ASI sekarang mengandung sampai dengan 900 spesies bakteri, menjelaskan mengapa bayi ASI eksklusif cenderung sedikit mengalami alergi.