Menyusui di Publik Dianggap Menjijikkan?

CNN Indonesia
Kamis, 04 Sep 2014 10:52 WIB
Menyusui merupakan kewajiban seorang ibu terhadap bayi yang dilahirkannya. Terkadang, bayi lapar dan menangis tanpa memandang tempat. Namun beberapa orang masih menganggap menyusui di tempat umum sebagai tindakan yang menjijikkan.
Jakarta, CNN Indonesia -- Menyusui merupakan kewajiban seorang ibu terhadap bayi yang dilahirkannya. Terkadang, bayi lapar dan menangis tanpa memandang tempat. Namun beberapa orang masih menganggap menyusui di tempat umum sebagai tindakan yang menjijikkan.

Seorang ibu di Beverly Hills mengatakan ia diantar ke kamar mandi ketika menyusui bayinya yang berusia enam minggu di sebuah toko Anthropologie. Ia marah dan mengungkapkannya di media sosial. Kurang dari 24 jam, lebih dari 100 perempuan menggelar aksi protes dengan menyusui bayi mereka di toko tersebut.

Beaverton, Oregon merupakan tempat lain yang diprotes para perempuan setelah seorang ibu menyusui diminta untuk menutup dadanya di sebuah restoran.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam dua kasus tersebut, reaksi yang ditimbulkan tentu beragam. Ada banyak orang yang marah mendengar perempuan dilarang menyusui bayinya di tempat publik.

Mengacu pada hukum California dan Oregon, perempuan diizinkan menyusui di tempat publik maupun di tempat privat, kecuali di rumah privat orang lain. Namun, ada pula yang menyuarakan anti menyusui di tempat publik.

“Ini bukan soal apa yang legal,” tulis seorang pembaca di situs Oregon Live, seperti dikutip dari CNN, Kamis (4/9). “Ini lebih tentang apa yang benar. Dan apa efek dari pilihan kita terhadap orang di sekeliling kita. Hanya butuh selembar kain sederhana yang menutupi si anak dan masalah pun selesai.”

***

“Sering kali Anda akan melihat lebih banyak belahan dada atas nama fesyen daripada seorang ibu yang menyusui anaknya,” kata Raivon Lee, seorang ibu yang menyusui bayinya yang masih berusia 19 bulan.

Lee, blogger Vain Mommy yang tinggal di Atlanta mempercayai kegelisahan orang-orang akan menyusui di depan publik berasal dari persepsi umum yang menganggap perempuan sebagai objek seksual. “Perempuan mempercayai itu,” katanya.

Awal bulan ini, seiring dengan peringatan bulan Kepedulian Menyusui, Lee bersama 50 perempuan menyusui lainnya dari komunitas ‘Badass Breastfeeders of Atlanta’ membuat acara di mana mereka menyusui bersama di publik. Lee mengatakan ia dan kawan-kawannya bertujuan mendukung menyusui di tempat publik.

“Pesannya sederhana. Menyusui itu normal kapan saja, di mana saja.”

Lee mengatakan ia tidak pernah diminta meninggalkan restoran atau toko ketika menyusui bayinya. Ia mengira mungkin itu disebabkan dirinya pemalu. Ia selalu sadar ketika ada orang yang tidak nyaman melihatnya menyusui di hadapan publik.

“Cukup menyedihkan karena ini cukup mempengaruhi saya, dan saya yakin ibu lainnya pun terpengaruh.”

Pengalaman bertahun-tahun membuat beberapa ibu, seperti Stephanie Dulli dari Washington menjadi lebih nyaman menyusui di tempat publik.

Di Facebook, Dulli menceritakan ia menyusui anak pertamanya di dalam ruangan rumahnya. Untuk anak kedua, ia menyusui di depan publik tetapi ditutupi.

“Menyusui adalah hal yang aku lakukan sekarang,” kata Dulli. “Saya tidak malu. Ketika di tempat publik, saya mencoba untuk peduli terhadap orang lain tetapi saya menyusui setiap kali bayi lapar.”

Dulli mengatakan ia belum pernah diusir ketika menyusui di tempat publik.

“Sebagai seorang ibu, termasuk saya, perlu untuk berani dan merasa nyaman menyusui di depan publik,” ujar Lee. “Kami tidak melakukan hal yang salah. Bila anak lapar, kami sebaiknya mengeluarkan payudara atau botol susu. Payudara adalah botol pertama.”

Lee mengatakan perlu pendidikan yang lebih banyak.

“Terdengar konyol memang, tetapi kita perlu mengedukasi komunitas kita bahwa menyusui itu normal, natural, dan oke.”

Michelle Noehren, pendiri CTWorkingMoms.com merasa tidak nyaman ketika melihat perempuan menyusui di tempat publik tetapi ia percaya ia harus mendukung keputusan para perempuan tersebut.

Noehren mengatakan ia berniat menyusui, tetapi setelah kelahiran anak perempuannya, di mana cukup traumatis, ia perlu berhenti menyusui karena harus minum obat mengatasi trauma.

“Melalui pengalaman saya, saya belajar untuk tidak terlalu menghakimi karena saya sadar terkadang tidak menyusui bukanlah pilihan, bahkan tak mungkin,” kata Noehren, yang memiliki anak perempuan berusia tiga tahun.

“Saya juga berpikir bahwa perempuan yang memilih memberi anaknya susu formula sedari awal, apapun alasannya, tidak perlu dibuat merasa bersalah.”

“Perempuan punya hak untuk mengontrol apa yang dilakukan terhadap tubuhnya,” kata Noehren.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER