Jakarta, CNN Indonesia -- Otopsi kematian Joan Rivers dianggap tidak meyakinkan oleh beberapa tim dokter dari Departemen Kesehatan Negara Bagian New York. Prosedur operasi yang dalam skala minor menimbulkan pertanyaan bagaimana itu bisa membunuh sang komedian?
Sebelumnya tim dokter yang diwakili oleh John Sweeney dokter yang merupakan Ketua Departemen Bedah Universitas Emory, Atlanta mengatakan, bukan berarti sebuah operasi yang disebut rutin atau elektif itu hal sederhana.
Oleh sebab itu Sweeney mengatakan bahwa dia selalu berbicara dengan pasien tentang risiko operasi yang dapat terjadi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mungkin ada komplikasi akibat pendarahan atau infeksi selama prosedur operasi, atau mungkin ada risiko khusus terkait dengan jenis operasi.
Endoskopi biasanya mengacu pada evaluasi esofagus atau saluran pencernaan, menurut Joel Zivot, dokter yang merupakan asisten profesor anestesiologi dan operasi di Emory Universty School of Medicine.
Dia mengatakan bahwa kadang pasien menjalani prosedur seperti ini sehingga dokter dapat mengevaluasi pita suara mereka.
Endoskopi biasanya dilakukan di bawah anestesi umum. Prosedur operasi pada pita suara adalah rumit karena tabung yang biasanya membantu pasien bernapas selama operasi tidak bisa menyebrangi pita suara.
Untuk menolerir evaluasi tersebut, Zivot mengatakan, pasien perlu berada dalam kondisi tidak sadar yang mendalam.
Belum ada penjelasan secara spesifik tentang prosedur yang dijalani Joan, sehingga tidak jelas apakah Joan mendapatkan semprotan anestesi sederhana pada tenggorokan atau prosedur lain di mana jalan napas dapat dibuat.
Ada risiko dalam menjalani operasi jika seseorang memiliki masalah kesehatan. Sebelum operasi ada konsultasi dengan pasien, Sweeney mengatakan dia selalu bertanya pada pasien: Apakah mereka merokok? Apakah mereka memiliki diabetes? Apakah memiliki masalah jantung atau penyakit paru-paru?
Pada dasarnya, apakah mereka memiliki masalah fisik yang menimbulkan risiko komplikasi?
"Beberapa dokter melempar usia sebagai faktor risiko, tapi saya menyebut hal tersebut sebagai 'usia kronologis'," ungkap Sweeney seperti dilansir dari laman CNN.
"Saya mendapatkan beberapa pasien berusia 51 tahun yang secara fisik lebih buruk daripada seseorang yang usianya jauh lebih tua."
Lebih lanjut Jonathan Flacker, doktor Universitas Emory, mengatakan bahwa Joan bukan seseorang yang akan orang katakan sebagai perempuan lemah.
"Dia perempuan yang bersemangat dan sangat cerdas dalam berbicara, hal yang diinginkan oleh setiap orang ketika mereka tua," kata Flacker.
Namun dia menambahkan, orangtua tidak peduli seberapa enerjiknya, mereka memiliki kelemahan yang berkaitan dengan usia saat dilakukan prosedur operasi.
Ketika orang semakin tua mereka mereka memiliki reportoar dan cadangan kesehatan yang sedikit. Itu berarti tubuh tua dan otak mereka kehilangan beberapa kemampuan mengatasi stres.
Bedah apapun, katanya, adalah stres yang nyata pada tubuh. Itulah yang membuat operasi sangat berisiko bagi orang tua.