WISATA MANCANEGARA

Berlomba-lomba Makan Cabai di Italia

CNN Indonesia
Rabu, 10 Sep 2014 14:31 WIB
Diamante, sebuah kota di selatan Italia menggelar festival cabai setiap tahunnya di bulan September. Puncak acara festival ini terletak pada kompetisi memakan cabai yang diikuti 10 kontestan berperut baja.
Festival cabai di Diamante, Italia (CNN)
Jakarta, CNN Indonesia -- Diamante, sebuah kota di selatan Italia menggelar festival cabai setiap tahunnya di bulan September. Puncak acara festival ini terletak pada kompetisi memakan cabai yang diikuti 10 kontestan berperut baja.

Maurizio Capocchiano, penyandang juara maraton pemakan cabai selalu menyiapkan perut bajanya setiap ada kompetisi makan.

“Saya disapih menggunakan cabai, ibu saya selalu menaburkannya pada botol susu saya agar saya berhenti mengenyot botol susu,” kata Capocchiano.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tahun lalu Capocchiano berhasil menelan 560 gram cabai diavolilli, biasa disebut ‘setan kecil’ yang merupakan cabai terpedas di Italia. Mimpinya adalah untuk menenggak 800 gram cabai yang akan mempertahankan gelarnya sepanjang hidup.

“Saya mulai menyukai cabai saat mencoba Penne all'Arrabbiata yang dimasak dengan saus tomat pedas, lezat sekali,” katanya. “Sekarang saya menaruh cabai dalam semua pasta dan kadang dalam teh saya.”

Capocchiano dan sembilan kontestan lainnya akan dimonitori oleh panel juri dan para dokter saat memasukan 50 gram cabai yang sudah dipotong ke perut mereka. Peserta dilarang minum air dan hanya diperbolehkan menenggak minyak zaitun dan roti untuk menurunkan rasa pedasnya.

Para pria dan wanita yang menjadi kontestan ditempatkan di sebuah meja besar yang dapat ditonton oleh publik. Bagi pemenangnya akan mendapatkan penginapan gratis untuk 2 orang selama satu minggu di sebuah resort lokal dan akan diantarjemput oleh supir pribadi. “Merasa seperti bintang rock,” menurut Capocchiano.

Kompetisi ini cukup berat, semua kontestan berlatih sepanjang tahun dan ditandingkan di kontes lokal di masing-masing daerah. Hanya yang terbaik yang akan bertanding di Diamante. Menurut Capocchiano untuk memenangkan kompetisi ini diperlukan kepala yang dingin dan perut yang kuat seperti baja.

“Lidah dan tenggorokan yang terbakar tidak selalu menghentikan Anda. Yang sulit adalah membuat perut Anda menerima semua cabai itu: cabai-cabai itu akan membuat perut Anda mulas. Diperlukan meditasi yang cukup untuk menahan cabai itu di perut anda,” sarannya.

Hambatan lain adalah saat biji cabai menyangkut di gigi, banyak dari kontestan yang gagal karena berhenti dan mengambil tusuk gigi untuk membersihkannya.

Efek samping yang tidak menyenangkan

Pemenang sebelumnya Giovanni Polimeni tahun lalu merasa terbakar karena menelan cabai telalu cepat.

“Saya sangat ingin mengalahkan rekornya sehingga pada menit pertama saya menenggak tiga piring cabai, usus saya langsung bereaksi dan saya harus pelan-pelan,” katanya. Karena efek samping tersebut, ia dipaksa untuk mundur dari kompetisi dan sekarang hanya makan cabai untuk kesenangan saja.

Peserta kompetisi ini tidak hanya berasal dari Italia saja, pencinta cabai di seluruh dunia juga diundang untuk mengikuti maraton ini. “Kami juga memiliki kontestan asing, meskipun menjijikkan tetapi juga menyenangkan menyaksikan mereka memenuhi mulutnya, memerah, dan bertahan di dalam neraka,” ungkap penyelenggara festival Enzo Monaco.

Selain kompetisi, pada festival ini juga terdapat pameran makanan, pertunjukan masak, film pedas, pertunjukan-pertunjukan satir, busana dan perhiasan yang terinspirasi dari cabai, juga penampilan pemain musik jazz jalanan Taranta.

Bahkan terdapat kontes kecantikan yang menobatkan seorang Miss Chilli yang dianggap sebagai wanita terseksi di kota.

Belum berhenti sampai di situ, ramuan-ramuan cinta dan seks serta obat-obatan herbal juga dijual di festival itu, sebagai ajang memperlihatkan manfaat lain cabai sebagai antiseptik dan pencegahan demam dan bronkitis.

Kegilaan ‘Kerajaan Cabai'

Kawasan Calabria yang mengitari Diamante adalah kerajaan cabai Italia dan terkenal dengan makanan pedasnya.

“Di sini cabai meraja rela,” kata Monaco. “Semua orang menambahkan cabai pada makanan mereka, bahkan ke dalam susu dan salad buah.”

Selama festival berlangsung pada tanggal 10-14 September, tembok-tembok kota dan rumah-rumah akan ditutupi dengan anyaman cabai berwarna merah, hijau, kuning.

Banyak museum dan akademi yang dibangun untuk mempromosikan tradisi dan budaya cabai di seluruh penjuru Itali.

“Kami adalah orang-orang pencinta pedas dan suka semua yang pedas – yang berarti erotis, seksi, kuat, sehat, dan tidak biasa. Cabai adalah kebanggaan Calabria, hidup akan membosankan tanpa cabai,” kata Monaco.

Makanan khas daerah ini adalah spaghetti dengan bawang goreng, minyak, dan cabai bubuk. Koki-koki saat ini telah mengembangkan makanan ini dengan menambahkan remahan roti dan ikan teri. Selain itu juga terdapat Penne dengan N'Duja salami.

Tidak hanya makanan, di bar juga menyajikan ‘Afro’ cocktail yang dibuat dengan cabai, kulit jeruk, dan lemon. “Minuman ini dipercaya dapat meningkatkan hasrat seksual,” Monaco menjelaskan.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER