Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia -- Saat ini profesi dokter Indonesia terus berbenah diri untuk menghadapi Asean Free Trade Area (AFTA). Pada era AFTA 2015 yang akan datang, dokter dari negara-negara ASEAN bisa bekerja di Indonesia dan rumah sakit-rumah sakit modal asing bisa dibangun di Indonesia dengan dokter-dokter asingnya.
Dokter Indonesia harus berbenah untuk menghadapi hal ini karena di era AFTA dokter Indonesia harus selalu menjadi pilihan pertama dan menjadi tuan rumah di negaranya sendiri.
Salah satu hal yang harus ditingkatkan pelayanan dan kompetensi dokter Indonesia adalah di bidang endoskopi saluran cerna. Saat ini jumlah konsultan gastroenterologi hanya 120 orang dan dokter spesialis yang mengerjakan endoskopi hanya 500 dokter.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di tingkat profesi kedokteran baik Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam (PAPDI), Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI) dan juga Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal Indonesia (PEGI) terus melakukan kegiatan pelatihan endoskopi dan simposium sebagai sarana dokter Indonesia untuk meningkatkan kompetensinya dalam penanganan penyakit saluran cerna.
FKUI dan RSCM sebagai pusat pendidikan nasional terus menyediakan sarana mutakhir untuk dokter Indonesia agar dapat meningkatkan kompetensinya. Untuk itu, FKUI RSCM mendirikan Pusat Pelatihan Endoskopi lanjutan (Advanced Endoscopy Training Centre) di Pusat Endoskopi Saluran Cerna (PESC) Divisi Gastrointestinal, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, FKUI/RSCM.
Pemerintah Jepang melalui Perusahaan Olympus menyediakan berbagai sarana mutakhir pada Pusat Endoskopi Saluran Cerna (PESC-RSCM) ini. Peralatan yang disediakan antara lain: Endoskopi saluran cerna atas (Esofagogastoduodenoscopy), Endoskopi saluran cerna bawah (colonoscopy), Endoskopi usus halus (single baloon enteroscopy), Endoskopi usus dua belas jari (Duodenoscopy) untuk tindakan ERCP, Endoskopi dengan USG (Endoscopy ultrasound), Endoskopi dengan diameter kecil (Transnasal endoscopy).
Melalui peralatan canggih ini dapat dilakukan pemeriksaan skrining awal kanker, dapat dilakukan pengangkatan tumor kecil tanpa operasi, pengangkatan batu saluran empedu, pengambilan sampel biopsi tumor di bawah mukosa (submucosal tumor) dengan EUS.
Selain menyediakan alat tersebut, Olympus juga menyediakan sarana pelatihan yaitu dengan membuat jaringan internet dan sarana prasarana untuk telemedicine. Menyediakan scope guide sebagai alat untuk menuntun pemeriksaan endoskopi.
Selain peralatan dalam rangka pengembangan Pusat Pelatihan Endoskopi lanjutan, program ini bekerja sama dengan Universitas Kobe. Untuk kali ini 5 Profesor Jepang datang ke RSCM untuk mendemonstrasikan penggunaan alat-alat canggih tersebut selama 5 hari mulai kemarin sampai hari Jum'at.
Profesor bidang gastrointestinal dari Universitas Kobe yang hadir tersebut antara lain : Prof Tsukasa Ishida, Prof Hiromu Kutsumi, Prof Eiji Umegaki, Prof Takeshi Azuma. Pada kunjungan kali ini pada profesor ini juga didampingi oleh Presiden Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal Jepang (Japan Gastroenterological Endoscopy Society) Prof Hisao Tajiri. Secara rutin para Profesor ini akan berkunjung ke Indonesia untuk mendemonstrasikan keahlianya. Selain ini 10 dokter Indonesia juga diberi kesempatan untuk mengunjungi pusat Endoskopi di Jepang selama 2 minggu setiap tahunnya.
Selain untuk kepentingan pendidikan sarana prasarana canggih juga tentu bisa dimanfaatkan untuk pelayanan masyarakat. Untuk peserta BPJS tindakan dengan peralatan canggih ini bukan saja untuk diagnostik maupun untuk terapeutik dapat digunakan dan tentu pasien peserta BPJS tidak perlu membayar sepeserpun karena tindakan ini dijamin oleh BPJS
Mudah-mudahan keberadaan alat-alat canggih ini bisa bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan para dokter-dokter yang menggunakan endoskopi dan dapat dimanfaatkan untuk para pasien-pasien gastrointestinal.
Ari Fahrial Syam merupakan dokter dari Divisi Gastrointestinal-Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM (mer/mer)