Kotoran Sapi Menyelamatkan Sumba

CNN Indonesia
Rabu, 10 Sep 2014 15:14 WIB
"Give a crap for Sumba!" Kalimat yang berarti "Berikan kotoran untuk Sumba" itu tidak sedang mengolok pulau di Nusa Tenggara Timur Indonesia. Kalimat itu merupakan bagian dari kampanye penggalangan dana untuk pulau Sumba.
(dok. HIVOS)
Jakarta, CNN Indonesia -- "Give a crap for Sumba!" Kalimat yang berarti "Berikan kotoran untuk Sumba" itu tidak sedang mengolok pulau di Nusa Tenggara Timur Indonesia. Kalimat itu merupakan bagian dari kampanye penggalangan dana untuk pulau Sumba yang digawangi oleh sebuah organisasi non pemerintah di Belanda.

"Give A Crap!" Sebuah ajakan mengubah kotoran sapi menjadi energi adalah bentuk kampanye kreatif yang dilakukan oleh HIVOS organisasi non-pemerintah internasional yang bermarkas di The Hague, Belanda.

Kampanye itu adalah bentuk kepedulian terhadap Sumba, pulau termiskin di Nusa Tenggara Timur. Hadirnya biogas diharapkan dapat membantu masyarakat yang belum terjamah listrik itu untuk dapat memasak makanan mereka.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Give a crap!" juga merupakan bagian dari misi Iconic Island Sumba. Seusai misi ekspedisi Iconic Island Sumba pekerjaan para perwakilan ini tidak berhenti sampai situ. Mereka harus maju ke tahap kampanye dan penggalangan dana.

"Kali ini kita menggunakan cara yang baru di Indonesia dengan crowdfunding,” kata Dewi Suciati Communications Officer HIVOS di Grand Kemang Hotel, Jakarta Selatan, Selasa (9/9).

Program ini melibatkan publik untuk ikut serta berkontribusi sehingga mereka mendapatkan informasi mengenai program tersebut. Crowdfunding sendiri sudah sering dijalankan di Belanda. Salah satu perwakilan tim ekspedisi Belanda Nine Geertman bercerita soal penggalangan dana yang sudah berjalan di Belanda.

Gerakan crowdfunding merupakan penggalangan dana dengan menceritakan ke publik kejadian yang sebenarnya terjadi. Bagaimana cerita keseharian warga di sana, perkembangan proyek, dan lain-lain. Itu adalah upaya untuk menarik simpati masyarakat.

Nine yang juga seorang desain grafis membuat ilustrasi yang digunakan untuk mengkampanyekan gerakan "Give a Crap" dengan gambar sapi dan colokan listrik yang terletak di bokong sapi, di bawahnya terdapat ilustrasi kotoran sapi.

Ia juga membuat website untuk menggalang dana yang disebarkan melalui media-media sosial seperti facebook.

Tim ekspedisi Belanda menargetkan akan mengumpulkan dana sebesar € 25 ribu (sekitar Rp 380 juta) setelah tahun lalu berhasil menggalang € 15 ribu atau sekitar Rp 228 juta.

Sampai saat ini Nine telah berhasil mengumpulkan € 2812 atau sekitar Rp 42 juta untuk proyek ini.

"Penggalangan dana ini dimulai dari langkah-langkah kecil dengan penyebaran melalui media sosial, setelah ini berjalan kami akan menggelar konser yang melibatkan musisi terkenal Belanda untuk menarik sumbangan yang lebih besar," Nine menjelaskan.

Crowdfunding tim Belanda sudah dijalankan sebelum ekspedisi ini dimulai. Sedangkan untuk tim Indonesia kampanye ini belum dijalankan.

"Kami memutuskan untuk terjun dulu dan survei terlebih dahulu ke lapangan, untuk melihat apa benar program ini berjalan dengan baik," kata perwakilan tim ekspedisi Indonesia Adra Gesza.

Adra juga menjelaskan bahwa program ini tidak seperti program lainnya yang sekadar memberikan bantuan tanpa mengajarkan kepada masyarakat bagaimana cara menggunakannya.

"Masyarakat juga turut serta membantu berjalannya program ini, dengan memberikan bantuan tenaga kerja dan material seperti semen," katanya.

Tim Indonesia juga sedang merampungkan rencana mereka untuk kampanye ini, entah dengan bekerja sama dengan artis, seniman, atau tokoh masyarakat lainnya.

Berbeda dengan tim Belanda yang menargetkan jumlah uang yang harus didapatkan, tim Indonesia menargetkan jumlah biogas yang harus dipasangkan di sana.

Rencananya tim Indonesia akan menghadirkan 10 biogas lagi di Sumba dalam waktu enam bulan. "Satu bio gas sendiri memerlukan dana sekitar Rp 15 juta, jadi diperkirakan mereka harus menggalang dana Rp 150 juta untuk mendanai 10 biogas ini," jawab Dewi.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER