Jakarta, CNN Indonesia -- Usia boleh bertambah tapi jangan sampai terserang penyakit. Penuaan memang tidak dapat dihindari oleh siapapun namun risiko penuaan seperti demensia atau kepikunan ternyata bisa diminimalisir.
Hal tersebut diungkapkan oleh dokter ahli penyakit lansia, Soejono, dalam talkshow bertajuk "Demensia: Bisakah Kita Mengurangi Risikonya?" yang diselenggarakan di Erasmus Huis, Jakarta, Rabu (10/9).
Menurut pria yang kini menjabat sebagai Direktur Utama RS Cipto Mangunkusumo tersebut, ada faktor-faktor penyebab demensia yang dapat dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan. Faktor yang tidak dapat dikendalikan contohnya usia dan jenis kelamin. Sedangkan faktor yang dapat dikendalikan oleh penderita antara lain tekanan darah, stres, juga kadar gula dalam darah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Soejono menambahkan penyakit-penyakit seperti kolesterol maupun hipertensi bisa memicu demensia pada penduduk usia lanjut. "Tekanan darah yang tinggi bisa meningkatkan risiko demensia dua kali lipat," tutur Soejono.
Hal senada juga diungkapkan dokter spesialis saraf, Yuda Turana. Menurutnya ketika membicarakan masalah penuaan tidak bisa baru dilakukan saat usia seseorang berada di rentang 30-40 tahun, melainkan harus sejak lahir.
Ia mencontohkan bagaimana seorang ibu perokok akan berpeluang besar melahirkan anak yang kurang cerdas. Nantinya saat tua, si anak akan menjadi orangtua yang mengidap demensia.
Oleh karena itu ia menyarankan agar siapapun, khususnya lansia, supaya tetap menjaga kesehatan tubuh dan otak agar terhindar dari kepikunan. Selain dengan pola makam dan olahraga teratur, Yuda mengatakan aktivitas sosial yang dilakukan para lansia dapat membantu mengurangi penurunan fungsi otak.
"Kalau kita mau memaksimalkan fungsi otak, harus maksimalkan semuanya baik olahraga, makan, dan aktivitas sosial," ujar Yuda.
Perempuan lebih berisiko pikunDemensia atau penurunan fungsi otak adalah penyakit yang biasa dialami oleh lansia. Namun Soejono mengungkapkan perempuan lebih rentan terserang demensia yang ditandai dengan kepikunan.
Hal itu disebabkan karena usia harapan hidup perempuan lebih tinggi dari laki-laki. "Makin lanjut usia makin tinggi resiko demensia," kata Soejono.
Selain itu kadar hormon estrogen juga berpengaruh terhadap tingkat risiko terserang demensia. Pada pria hormon estrogen ada dalam tubuh dalam jumlah sedikit namun konstan. Sedangkan pada perempuan, setelah menopause kadar estrogen langsung menurun drastis.
"Menurunnya kadar estrogen bisa meningkatkan risiko penyakit di pembuluh darah otak sehingga meningkatkan peluang demensia," kata Soejono.