SEHAT DENGAN YOGA

Risiko Mengintai di Balik Komersialisasi Yoga

CNN Indonesia
Selasa, 14 Okt 2014 13:47 WIB
Variasi yoga muncul dengan bermacam gerakan menantang, bahkan tergolong ekstrem. Yoga yang awalnya sehat bisa sangat berisiko bila sembarang melakukannya.
Sejumlah peserta melakukan gerakan yoga (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pada awalnya yoga adalah aktivitas penenang pikiran. Yoga kemudian berkembang menjadi gerakan fisik yang didukung pengaturan napas. Namun beberapa tahun terakhir, semakin banyak variasi yoga muncul dengan bermacam gerakan menantang, bahkan tergolong ekstrem. Yoga yang awalnya sehat bisa sangat berisiko bila sembarang melakukannya.

Latihan yoga dengan pengaturan napas sangat baik untuk menenangkan pikiran, mengendalikan emosi, dan menjaga kelenturan tubuh. Tapi dengan banyaknya variasi yang berkembang, yoga tak lagi sekadar latihan pernapasan. Yoga telah menjadi ajang akrobatik yang menguji kemampuan fisik. Memang menarik, tapi risiko cedera pun semakin tinggi.

Yoga sebenarnya aman untuk semua orang asal dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan tubuh masing-masing. Melakukan yoga tidak boleh ngoyo, apalagi bila memiliki kondisi kesehatan yang berisiko. Kenali kondisi tubuh sendiri sebelum mencoba olahraga asal India ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Yoga untuk remaja 19 tahun dengan yoga untuk wanita 40 tahun, atau yang punya masalah lutut, darah tinggi, tentu tidak sama,” tutur Devi Asramani, penulis buku Yoga untuk Semua, Panduan Berlatih Yoga yang Lengkap dan Aman, saat berbincang dengan CNN Indonesia, Selasa (14/10).

Masalahnya, lanjut Devi, kelas yoga yang ada di pusat kebugaran kebanyakan menyamaratakan kemampuan peserta. Ditambah lagi, tidak adanya konsultasi mengenai kondisi fisik sebelum memulai latihan. Akibatnya, peserta yoga pemula rawan cedera atau justru memperparah kondisi fisiknya.

Menurut Devi, sebelum Anda memulai latihan yoga, sebaiknya carilah studio yoga khusus yang sesuai dengan kebutuhan. Utarakan ke guru kebutuhan dan kondisi fisik Anda, seperti adanya penyakit asma, tekanan darah tinggi, pasca bersalin, cedera lutut, diabetes, atau kondisi lainnya. Dengan begitu, guru bisa menyesuaikan gerakan yoga yang cocok dan tidak membahayakan tubuh.

Cedera karena sembarang yoga

“Sebenarnya jika dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi tubuh, yoga tidak akan berisiko,” kata perempuan yang kini aktif mengajar yoga ini.

Yoga bisa menjadi berisiko bila dilakukan secara berlebihan. Saran Devi, bagi orang yang jarang olahraga, sebaiknya jangan memaksa tubuh melakukan pose-pose ekstrem yang justru membahayakan. Tubuh yang belum siap membuat peserta yoga sangat rentan mengalami cedera.

Devi menuturkan, risiko yang paling sering dialami peserta yoga adalah cedera lutut dan punggung. Ini terjadi karena peserta memaksa melakukan pose sulit tanpa mengenali tubuhnya sendiri.

Bagi penderita tekanan darah tinggi, sebaiknya hindari pose dengan kepala di bawah. “Padahal kebanyakan postur kebanyakan kepala di bawah. Kalau gurunya tidak tahu, akhirnya bisa berisiko ke tubuh murid. Tekanan darahnya bisa naik,” kata Devi.

Saran yang sama juga disampaikan Michael Triangto, dokter spesialis kesehatan olahraga. Menurutnya, harus dilihat terlebih dahulu apakah tubuh Anda mampu melakukannya. Sebaiknya lakukan tes kesehatan ke dokter olahraga sebelum melakukan gerakan ekstrem yoga.

Menurut Michael, salah satu variasi seperti yoga bikram bisa memacu kerja jantung lebih cepat. Yoga yang dilakukan di ruangan bersuhu tinggi ini tidak cocok dilakukan oleh orang-orang berusia lanjut. Bila tidak hati-hati, orang yang punya riwayat sakit jantung bisa mengalami serangan jantung saat melakukan gerakan bikram yoga.

“Orang yang usianya 50 tahun, jantungnya juga 50 tahun. Makanya perlu periksa jantung dulu apakah mampu melakukan gerakan-gerakan dalam bikram yoga tersebut. Periksa seperti apa kondisi jantung lalu hidrasinya perlu berapa banyak. Apalagi kalau dulu ada riwayat serangan jantung,” kata Michael yang praktik di RS Mitra Kebayoran.

“Anggapan ‘no gain no pain’ tidak berlaku untuk yoga. Yoga adalah jenis olahraga yang harus disesuaikan dengan kemampuan tubuh. Anggapan ‘no pain no gain’ itu cocoknya untuk atlet,” kata Michael menambahkan.

Yoga ekstrem dan komersialisasi yoga

20 Tahun terakhir, variasi gerakan yoga berkembang cukup pesat. Ada yoga bikram yang dilakukan di suhu tinggi, ada acro yoga dengan pose akrobatik yang menantang, ada juga gravity yoga yang dilakukan dengan bergelantungan di tali. Yoga-yoga tersebut tampak menarik dan tak membosankan, tapi tentu ada konsekuensinya.

“Variasi itu bagus membuat orang tertarik dan bertahan, juga mengembangkan kreativitas. Tapi kembali lagi dengan tujuan kita melakukan yoga, lebih ke mind,” kata Devi.

Menurut Devi, variasi yoga yang banyak berkembang lebih bersifat fisik, bukan latihan pernapasan dan fokus seperti halnya yoga tradisional. Karena itu, lanjutnya, jangan mengharapkan manfaat seperti yoga tradisional yang menenangkan batin.

“Namanya yoga tapi apakah itu benar-benar yoga? Menurut saya itu lebih ke fisik dan mencari sensasi. Pada akhirnya itu menjadi komersialisasi yoga,” katanya menutup perbincangan.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER