BISNIS KULINER

Melacak Pembajak Bisnis Kuliner di Tiongkok

CNN Indonesia
Jumat, 24 Okt 2014 12:26 WIB
Sulitnya melakukan tindakan hukum terhadap pembajakan bisnis kuliner di Tiongkok disebabkan karena kurangnya kesadaran melindungi merek dagang seseorang.
Ilustrasi koki di Tiongkok (Getty Images/Kevin Frayer)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pada suatu pagi, Yenn Wong pemilik restoran Hong Kong terkejut. Wong adalah salah satu pemilik Chachawan Isaan Thai and bar, restoran Hong Kong yang populer. Dia langsung masuk ke internet komputernya mencari teman yang telah meneruskan beberapa gambar restoran Chachawan di Shanghai. 

Halaman facebook Chachawan dipenuhi pertanyaan antusias. Mereka bertanya apakah restoran tersebut membuka cabang baru di Shanghai. Wong menatap lekat-lekat foto-foto online tersebut. Chachawan Shanghai terciprat sukses dari restoran Chachawan Hong Kong.

Restoran di Shanghai itu memiliki tampilan eksterior yang sama dengan restoran di Hong Kong. Bahkan menunya, yang fokus pada makanan Isaan, daerah yang terletak di timur laut Thailand pun serupa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejak dibuka awal bulan ini, restoran Shanghai sudah mendapatkan skor 5/5 bintang dari enam bintang. Bintang tersebut di dapat dari delapan pengulas restoran di Dianping, forum makanan Tiongkok yang ramai pengunjung.

Mengingat dia punya rencana memperluas bisnis restorannya ke Shanghai, tiruan Chachawan membuat Wong tertegun. "Sangat mengecewakan melihat restoran di Tiongkok telah menggunakan bukan hanya nama Chachawan, tetapi juga logo dan huruf yang didesain khusus untuk kami," kata Wong kepada CNN.

Tak hanya itu, menurut Wong, mereka juga memakai poster bertema retro yang mirip sebagai interior dan bahan pemasaran mereka. Dengan keras Wong mengatakan, bahwa hal itu adalah rasa tidak hormat terhadap kerja keras dan kreativitas timnya, desainer grafis, dan seniman lokal yang mengerjakan Chachawan Hong Kong.

Sejak kolaborasi antara Wong dan koki Adam Cliff, restoran yang dibuka sejak 2013 itu mendapat popularitas instan. Chachawan menjadi salah satu restoran yang tak perlu reservasi paling diminati di Hong Kong.

Chachawan di Shanghai mengklaim mereka tidak tahu perihal restoran aslinya. Manajer maupun para staf Shanghai Chachawan tidak pernah mengetahui keberadaan Chachawan Hong Kong.

Sepengetahuan mereka, restoran mereka adalah satu-satunya Chachawan di Tiongkok. Sang manajer, Guo, berkata nama dan logo restoran menjadi tanggung jawab departemen pemasaran.

"Saya terkejut mereka mengatakan tidak tahu tentang Chachawan karena si pemilik sempat bersantap di Chachawan (Hong Kong)," kata Kiri Sinclair, humas dan juru bicara untuk Chachawan Hong Kong.

"Pada kenyataannya dia melakukan pertemuan formal dengan koki Adam Cliff dan sang pemilik Yenn Wong pada April kemarin. Dia mengungkapkan minatnya mengambil konsep ke Tiongkok daratan yang ditolak."

Rupanya bukan hanya Chachawan yang menderita penghinaan karena ditiru oleh Tiongkok daratan. Toko cheesecake Jepang Uncle Rikuro menemukan rantai bisnis tanpa izin dari roti Rikuro yang beroperasi di berbagai kota di Tiongkok. Gerai roti tiruan tersebut menarik antrean panjang pengunjung. Lebih dari 200 toko roti Rikuro masih beroperasi di Tiongkok.

Menempuh langkah hukum

Setelah Presiden Tiongkok Xi Jinping terlihat antre membeli pangsit kukus di salah satu jaringan toko pangsit Qing-feng di Beijing, toko itu tak hanya menarik pelanggan lain datang, tapi juga para peniru.

Tak lama kemudian, toko pangsit Qing-feng lain muncul di Zhengzhou yang beroperasi tanpa perjanjian waralaba dari toko asli atau izin usaha yang tepat.

Meski belum mengambil tindakan hukum terhadap penirunya, tim Chachawan di Hong Kong mengatakan akan mencari nasihat hukum. Sulitnya melakukan tindakan hukum di Tiongkok disebabkan kurangnya kesadaran melindungi merek dagang seseorang.

"Secara umum, banyak orang yang tidak mengerti konsep mendaftarkan nama restoran atau toko mereka sebagai mereka dagang," kata Rosita Li, pengacara kekayaan intelektual di firma hukum global Mayer Brown JSM.

Menurut Li, bahkan jika mereka memahami konsep tersebut, mereka mungkin hanya mendaftarkan nama mereka di lokasi tempat mereka beroperasi. Tidak pernah terpikir jika mungkin saja ada orang yang dapat menyalin nama mereka.

Menurut Yahong Li, profesor hukum di Hong Kong University, mendapatkan ganti rugi hukum dalam kasus seperti di Tiongkok seringkali sulit. Chachawan dapat mengambil tindakan hukum hanya jika telah mendaftarkan merek dagang di Tiongkok, atau dapat membuktikan jika bahwa merek dagangnya terkenal di Tiongkok.

"Jika tidak, kesempatan mereka untuk menang sangat tipis dan saya tidak merekomendasikan untuk menggugat," kata Li.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER