Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia -- Indonesia dihadapkan dengan pemasalahan kesehatan baik penyakit menular maupun penyakit tidak menular. Kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan kasus tercepat di negara-negara Asia Tenggara. Demam berdarah Dengue (DHF) masih menjadi endemis dan kasusnya selalu ditemukan sepanjang tahun terutama di kota-kota besar.
Sampai saat ini untuk penanganan kasus tubercolusis (TBC) dan HIV/AIDS kita masih belum optimal mengingat kasus yang ditemukan ditengah masyarakat masih tinggi. Indonesia masih menjadi penyumbang terbesar kasus TBC dunia.
Di sisi lain, kasus penyakit tidak menular kita juga tinggi. Penyakit jantung koroner masih menjadi pembunuh utama di negara kita. Angka kejadian obesitas dan Diabetes Melitus terus bergerak naik. Kegemukan bukan lagi menunjukkan kemakmuran tetapi menunjukkan sumber penyakit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rokok tampaknya juga tidak terkendali di bumi yang tercinta ini. Data Riset Kesehatan Dasar Departemen Kesehatan tahun 2010, menunjukkan bahwa lebih dari 30 persen masyarakat kita merokok. Rokok menjadi penyebab utama terjadinya penyakit tidak menular ini.
Hasil Riset Kesehatan Dasar dari Kementerian Kesehatan bahkan menunjukkan angka perokok Indonesia terus bergerak naik bahkan untuk penduduk di atas 15 tahun angka perokok Indonesia sudah mencapai 36,3 persen.
Sebagian besar penyakit baik penyakit infeksi maupun penyakit degeneratif merupakan penyakit yang dapat dicegah. Oleh karena itu Menteri Kesehatan yang akan datang harus mengedepankan upaya kesehatan masyarakat dari pada upaya kesehatan perorangan.
Penyakit tidak menular jelas berhubungan dengan gaya hidup dari masyarakat kita yang berubah sehingga penyakit degeneratif lebih banyak ditemukan pada usia yang lebih muda. Peningkatan penyakit degeneratif ini berhubungan dengan gaya hidup masyarakat perkotaan yang cenderung mengonsumsi makanan tinggi lemak dan kurang melakukan aktivitas olah raga.
Saat ini memang telah diluncurkan sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Sistem ini ke depan akan memungkinkan seluruh masyarakat Indonesia terlindungi dengan asuransi (
universal coverage). Sistem ini harus diikuti oleh program-program promosi dan pencegahan penyakit agar sistem JKN ini dapat dilaksanakan sesuai dengan harapan.
Sebesar apapun dana yang digelontorkan kalau hanya untuk upaya pengobatan pasti akan selalu kekurangan. Pencegahan penyakit baik penyakit menular maupun penyakit tidak menular harus menjadi prioritas utama.
Di sisi lain, Menteri Kesehatan adalah salah seorang yang paling bertanggung jawab untuk pencapaian target
Millenium Development Goals (MDG) tahun 2015. Saat ini memang kita harus segera mengejar ketertinggalan kita di bidang kesehatan antara lain menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, menurunkan angka kesakitan HIV AIDS, Malaria, TBC dan infeksi lainnya.
Di bidang upaya kesehatan perseorangan (UKP), Menteri Kesehatan yang akan datang harus mendorong pemerataan peralatan kesehatan dan distribusi dokter baik dokter layanan primer maupun dokter spesialis. Harus ada upaya yang konstruktif agar dokter bisa terdistribusi ke seluruh Indonesia.
Harus dibuat Peraturan Pemerintah maupun Peraturan Menteri Kesehatan untuk ketersediaan dokter baik untuk pelayanan primer maupun pelayanan sekunder. Harus ada aturan-aturan yang jelas untuk pendirian rumah sakit. Rumah sakit baru selain gedung dan peralatan juga harus menyiapkan petugas kesehatan yang akan bekerja.
Saat ini kita masih melihat Rumah Sakit Umum Daerah baru yang belum optimal beroperasi karena belum adanya dokter spesialis, karena pembangunan rumah sakit tidak disertai sumber daya manusia.
Melihat kondisi kesehatan masyarakat kita saat ini memang komitmen pemerintah harus tinggi. Pemerintahan harus fokus untuk memperbaiki keterpurukan yang terjadi saat ini.
Apalagi badan dunia telah menargetkan pencapaian
Millenium Development Goals (MDG’s) untuk waktu yang tidak terlalu lama. Masyarakat jangan dijejali pemahaman dengan konsep pengobatan gratis. Masyarakat harus diubah pola pikirnya untuk hidup sehat dan upaya untuk mencegah penyakit. Untuk mengatasi masalah kesehatan ini komitmen Menteri Kesehatan harus tinggi dan harus meyakinkan penanganan masalah kesehatan sejajar dengan masalah lain seperti masalah politik, ekonomi dan keamanan.
Di tingkat global saja masalah kesehatan sudah menjadi pilar diplomasi (
Global Health Diplomacy). Upaya-upaya yang telah dilakukan yang hanya bersifat reaktif seharusnya sudah ditinggalkan. Konsep pembangunan kesehatan adalah masyarakat hidup sehat tanpa sakit.
Di sisi lain masalah desentralisasi juga merupakan salah satu faktor yang menjadi alasan kenapa masalah penanganan kesehatan tidak optimal. Pusat merasa bahwa masalah Puskesmas sebagai ujung tombak pembangunan kesehatan rakyat adalah masalah daerah di sisi lain masyarakat juga berharap pusat dapat melaksanakan programnya langsung ke daerah.
Saat ini sebagian besar Puskesmas terutama yang di kota-kota besar lebih berperan sebagai rumah sakit kecil ketimbang sebagai ujung tombak pembangunan.
Pemerintah daerah termasuk jajaran kesehatan sepertinya lupa bahwa diadakannya Puskesmas baik di tingkat kelurahan maupun kecamatan bukan saja sebagai pusat pelayanan kesehatan pertama tetapi Puskesmas juga bisa berperan sebagai ujung tombak pembangunan dan pusat pemberdayaan masyarakat untuk dapat hidup mandiri khususnya di bidang kesehatan.
Keadaan ini bisa berubah, target-target pembangunan kesehatan harus jelas untuk memperlambat pertambahan penyakit baik penyakit menular dan maupun penyakit tidak menular, termasuk penyakit degeneratif dan termasuk penyakit akibat gangguan jiwa karena faktor stres.
Skrining kesehatan harus ditingkatkan. Deteksi dini kasus HIV harus ditingkatkan untuk menjaring kasus-kasus baru agar dapat diobati dan tidak menjadi sumber penularan panyakit. Upaya-upaya skrining penyakit lain termasuk TBC seperti pemeriksaan pemeriksaan sputum basil tahan asam (BTA) gratis juga harus ditingkatkan.
Upaya deteksi dini berbagai penyakit baik penyakit menular maupun tidak menular seperti kanker usus, kanker payudara harus ditingkatkan. Konsep 'pencegahan lebih baik dari pada mengobati' harus terus digelorakan agar masyarakat tetap sehat dan tidak sakit.
Iklan-iklan rokok harus dibatasi dan begitu pula iklan-iklan yang membuat masyarakat menjadi lebih konsumtif dan mengonsumsi makan dan camilan yang tidak sehat menjadi berlebihan. Konsumsi gula masyarakat harus dibatasi. Kota-kota harus menyediakan taman kota sehingga masyarakat dapat berolah raga.
Jalan-jalan di kota juga harus menyediakan jalan untuk sepeda sehingga memberi akses bagi masyarakat yang ingin sehat dengan cara bersepeda untuk beraktivitas atau berolahraga.
Korupsi dibidang kesehatan terutama pengadaan alat-alat kesehatan baik di tingkat daerah dan pusat harus dicegah. Tidak ada lagi alat kesehatan yang tidak terpakai karena memang tidak ada yang mengerjakan atau peralatan yang dibeli merupakan peralatan yang cepat rusak.
Korupsi harus diberantas karena mengakibatkan uang rakyat menjadi terampas dan hak-hak rakyat menjadi terkoyak. Korupsi telah memiskinkan masyarakat kita. Harapan besar berada di para menteri, khususnya Menteri Kesehatan apalagi mereka dipilih melalui seleksi bersih dari skrining KPK dan PPATK untuk memberantas praktik-praktik korupsi di lingkungan pembangunan kesehatan.
Amanah besar berada di pundak mereka untuk memberantas korupsi dan melakukan upaya pencegahan agar jajaran kesehatan tidak korupsi.
Harapan selalu ada untuk Menteri Kesehatan yang baru melakukan terobosan untuk mencapai target-target MDG dan menyiapkan berbagai upaya agar rakyat digerakkan untuk hidup sehat dan melakukan upaya-upaya deteksi dini.
Menteri Kesehatan menjadi motor menggerak instansi pemerintah terkait untuk membantu melakukan pembangunan kesehatan. Besar anggaran kesehatan minimal lima persen dari APBN di luar gaji harus dioptimalkan begitu pula daerah harus menganggarkan minimal 10 persen dari APBD-nya untuk kesehatan dalam rangka melaksanakan amanat UU Kesehatan No. 36 tahun 2009.
Ari Fahrial Syam merupakan dokter dari Divisi Gastrointestinal-Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM (utw/utw)