VIRUS MEMATIKAN

Perang Melawan Pembunuh Paling Membinasakan

CNN Indonesia
Rabu, 29 Okt 2014 08:56 WIB
Untuk beberapa penyakit virus, vaksin dan obat antivirus memungkinkan kita untuk mencegah penyebaran infeksi secara luas, dan membantu kesembuhan manusia.
Ilustrasi demontrasi Ebola (Reuters/Paul Hanna)
Jakarta, CNN Indonesia -- Manusia telah berjuang melawan virus, bahkan sejak sebelum spesies kita berevolusi menjadi bentuk modern. Untuk beberapa penyakit virus, vaksin dan obat antivirus memungkinkan kita untuk mencegah penyebaran infeksi secara luas, dan membantu kesembuhan manusia. 

Untuk satu penyakit seperti cacar, ilmu kedokteran sukses membersihkan dunia dari kasus tersebut. Namun seperti wabah Ebola yang menjangkiti Afrika Barat saat ini, manusia sepertinya masih jauh dari memenangkan perang melawan virus.

"Ebola Zaire telah membunuh hingga 90 persen orang yang terinfeksi olehnya. Menjadikan virus tersebut sebagai anggota keluarga Ebola paling mematikan," kata Elke Muhlberger, ahli virus Ebola dan profesor mikrobiologi di Boston University seperti dikutip dari laman livescience.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, ada virus lain di luar sana yang sama-sama mematikan, dan beberapa yang bahkan lebih mematikan. Berikut ini adalah sembilan virus pembunuh terburuk, berdasarkan kemungkinan seseorang akan mati jika mereka terinfeksi salah satu dari virus tersebut, dan ancaman yang dapat ditimbulkan.

Virus Marburg

Virus Marburg terindentifikasi pada 1967. Ketika itu wabah kecil terjadi menimpa kalangan pekerja laboratorium di Jerman. Mereka terekspos seekor monyet terinfeksi yang diimpor dari Uganda.

Virus Marburg mirip dengan Ebola, di mana keduanya dapat menyebabkan demam hemoragik. Orang yang terinfeksi demam tersebut terkena demam tinggi dan perdarahan di seluruh tubuh. Hal tersebut menyebabkan trauma, kegagalan organ, dan kematian.

Angka kematian dalam wabah pertama adalah 25 persen. Namun, angka kematian melebihi 80 persen dalam kurun 1998-2000 di Republik Demokratik Kongo, sama halnya dengan wabah di Angola pada 2005, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Virus Ebola

Wabah Ebola pertama yang diketahui manusia melanda bersamaan di Sudan dan Kongo pada 1976. Ebola menular lewat kontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya, atau jaringan pada manusia atau hewan yang terinfeksi.

Menurut Muhlberger, jenis yang dikenal sangat bervariasi berdasarkan seberapa mematikan mereka. Jenis Ebola Reston bahkan tidak membuat orang sakit. Namun, jenis Bundibugyo memiliki tingkat kematian hingga 50 persen.

Menurut WHO, sejak awal 2014, wabah tersebut berlangsung di Afrika Barat, ini merupakan wabah penyakit terbesar dan paling kompleks hingga saat ini.

Rabies

Vaksin rabies hewan peliharaan telah diperkenalkan pada 1920. Penemuan vaksin rabies itu membantu negara maju terhindar dari infeksi virus ini. Namun, di India dan beberapa bagian negara di Benua Afrika, rabies masih menjadi masalah serius.

"Virus ini merusak otak, ini adalah penyakit yang benar-benar buruk," kata Muhlberger. "Kami memiliki vaksin antirabies, juga antibodi yang bekerja melawan rabies. Jadi saat seseorang digigit oleh hewan dengan rabies kita bisa mengobati orang tersebut," katanya.

Namun, Muhlberger melanjutkan, "Jika Anda tidak mendapatkan pengobatan, ada kemungkinan 100 persen Anda akan mati."

HIV

Di dalam dunia modern, di antara semua virus yang paling mematikan mungkin adalah HIV. "Ini masih menjadi salah satu pembunuh terbesar," kata Amesh Adalja, dokter penyakit menular sekaligus juru bicara Infectious Disease Society of America.

Diperkirakan 36 juta orang meninggal akibat HIV sejak penyakit ini pertama kali dikenal di awal 1980-an. "HIV adalah penyakit menular yang mengakibatkan kematian terbesar umat manusia saat ini," kata Adalja.

Obat antivirus yang berkhasiat memungkinkan pengidapnya dapat hidup selama bertahun-tahun dengan HIV. Namun penyakit ini terus menghancurkan banyak negara berpenghasilan rendah dan menengah, di mana 95 persen infeksi HIV baru terjadi. Menurut WHO, satu dari setiap 20 orang dewasa di Sub-Sahara Afrika terjangkit HIV positif.

Cacar

Pada 1980, Majelis Kesehatan Dunia menyatakan dunia terbebas dari cacar. Namun sebelum itu, manusia berjuang melawan cacar selama ribuan tahun. Penyakit ini menewaskan satu dari tiga orang yang terinfeksi.

Penyakit cacar meninggalkan korban dengan luka permanen, dan seringkali kebutaan.

Tingkat kematian jauh lebih tinggi pada populasi di luar Eropa, di mana orang memiliki sedikit kontak dengan virus sebelum pendatang membawa ke daerah mereka.

Sebagai contoh, sejarawan memperkirakan 90 persen penduduk asli Amerika meninggal karena cacar yang diperkenalkan oleh penjelajah Eropa. Pada abad ke-20 saja, cacar menewaskan 300 juta orang.

Hantavirus

Sindrom paru hantavirus (HPS) pertama mendapat perhatian luas di Amerika Serikat pada 1993. Ketika itu, pemuda Navajo (suku asli Amerika) yang sehat dan tunangannya yang tinggal di daerah Four Corners Amerika Serikat meninggal dunia beberapa hari karena sesak napas.

Beberapa bulan kemudian, otoritas kesehatan terisolasi hantavirus dari tikus rusa yang tinggal di rumah salah seorang yang terinfeksi hantavirus. Lebih dari 600 orang di AS kini terkontak HPS, dan 36 persen meninggal akibat penyakit tersebut, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, seperti dilaporkan oleh laman Livescience.

Virus ini tidak ditularkan dari satu orang ke orang lain, melainkan seseorang terjangkit dari paparan kotoran tikus yang terinfeksi. Sebelumnya, hantavirus yang berbeda menyebabkan wabah di awal 1950-an, selama Perang Korea, berdasarkan jurnal Clinical Microbiology Reviews pada 2010. Lebih dari 3 ribu tentara terinfeksi, dan sekitar 12 persen dari mereka meninggal.

Influenza

Selama musim flu biasa, lebih dari 500 ribu orang di seluruh dunia akan meninggal akibat penyakit tersebut, menurut WHO. Namun kadang, ketika jenis flu baru muncul, pandemi dengan penyebaran penyakit cepat, seringkali menambah tingkat kematian.

Pandemi flu paling mematikan, kadang disebut dengan flu spanyol, menyebar pada 1918 dan menyebabkan 40 persen populasi di dunia sakit, serta membunuh sekitar 50 juta orang.

"Saya berpikir, mungkin saja sesuatu seperti wabah flu pada 1918 terjadi lagi," kata Muhlberger.

Demam berdarah (dengue)

Tahun 1950 adalah pertama kali virus ini muncul di Filipina dan Thailand. Sejak itu dengue menyebar di seluruh daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia. Lebih dari 40 persen populasi dunia saat ini tinggal di daerah endemik dengue.

Penyakit yang dibawa oleh nyamuk ini mungkin menyebar lebih jauh ke tempat yang hangat. Dengue membuat sakit 50 sampai 100 juta orang per tahun, menurut WHO.

Tingkat kematian demam berdarah lebih rendah dari beberapa virus lain, yakni sekitar 2.5 persen, tapi virus ini dapat menyebabkan gejala seperti Ebola yang disebut hemoragik demam berdarah. Pada kondisi tersebut, seseorang memiliki kematian hingga 20 persen jka tidak ditangani.

Rotavirus

Dua vaksin sekarang tersedia untuk melindungi anak dari rotavirus, penyebab utama penyakit diare parah pada bayi dan anak-anak. Virus menyebar dengan cepat melalui jalan fecal oral, penularan melalui fecal (anus) dan oral (makanan).

Anak-anak di negara maju jarang meninggal akibat infeksi rotavirus. Namun, penyakit ini adalah pembunuh mematikan di negara berkembang, di mana perawatan rehidrasi tidak tersedia secara luas.

WHO memperkirakan bahwa di seluruh dunia, 453 ribu anak di bawah usia 5 tahun meninggal akibat infeksi rotavirus pada 2008. Meski begitu, negara-negara yang telah meperkenalkan vaksin rotavirus melaporkan penurunan tajam rawat inap dan kematian akibat rotavirus.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER