HARI PSORIASIS SEDUNIA

Menanggung Rasa Sakit Kulit Tak Terperi

Windratie | CNN Indonesia
Rabu, 29 Okt 2014 10:20 WIB
Psoriasis, penyakit ini mungkin masih awam bagi kita. Namun, data WHO menunjukkan tingkat prevalensi di dunia berkisar 2 persen jumlah penduduk. Ilustrasi penyakit kulit psoriasis (Getty Images)
Jakarta, CNN Indonesia -- Psoriasis, penyakit ini mungkin masih awam bagi kita. Namun, data WHO menunjukkan tingkat prevalensi di dunia berkisar 2 persen jumlah penduduk. Insiden di Amerika Serikat sebesar 2 - 2,6 persen dan di Eropa Tengah sekitar 1,5 persen.

Psoriasis merupakan penyakit autoimun yang mengenai kulit. Gejala yang dirasakan pengidapnya adalah sisik yang berlapis keperakan, disertai dengan penebalan warna kemerahan, rasa gatal, dan perih.

Ketika sisik terlepas maka akan timbul bintik perdarahan di kulit bawahnya. Bentuk ekstensif dari psoriasis dapat berakibat fatal, seperti peradangan ekstrem dan mengupas kulit yang dapat menganggu kemampuan tubuh mengatur suhu dan merusak fungsi penghalang pada tubuh.

Meski tidak ada data yang pasti mengenai prevalensi penyakit ini di Indonesia, informasi tentang psoriasis penting untuk disebarkan. Beberapa kisah orang dengan psoriasis dari situs Psoriasisconnect ini mungkin dapat mengilhami.

Saat gejala psoriasis pertamanya muncul, Debra (55) mengunjungi dokter berulang kali. Dia putus ada mencari penyebab dan pengobatan yang akan meringankan gejala tersebut.

"Ada saat-saat ketika saya takut bahkan untuk melakukan tindakan sederhana seperti bangun dari kursi karena kulit saya akan meregang dan terasa tegang. Rasa sakit itu mengerikan," kata Debra mengenang.

Sejak tahun 1970 merasakan gejala, baru pada 1978 dia didiagnosis mengidap psoriasis, dan tahu penyakit apa yang menyerangnya. Beberapa dekade berikutnya dihabiskan dengan mendatangi rumah sakit.

Dokter menyarankan pengobatan yang dapat mengurangi gejala sakit, perdarahan, dan rasa gatal yang konstan pada kulitnya.

Pengidap psoriasis lainnya adalah Regina (55). Saat usianya 20-an gejala psoriasisnya masih ringan dan mudah dikelola. Saat usianya menginjak 30-an, bercak psoriasis pada tubuhnya mulai menyebar, terasa gatal, retak, dan berdarah. Regina mencoba setiap pengobatan terhangat yang disarankan, tapi tak ada yang benar-benar menolong.

"Anda berurusan dengan rasa sakit, tapi pendarahan adalah masalah terbesar," katanya. Dia tidak bisa keluar rumah karena malu dengan tatapan orang-orang. Pada akhirnya, gejala psoriasis yang diidapnya sejak 1986 itu semakin parah. Dia beralih ke dokter kulit lain untuk mendapatkan resep baru.

Cerita lain datang dari Richard (71). Selama 25 tahun dia menderita dengan rasa sakit pada fisik. Tak cuma itu, dia juga harus berhadapan dengan tantangan sosial karena plak psoriasis.

Dia mencoba mulai dari obat oral, krim, terapi cahaya PUVA, tapi kondisinya kian buruk. Plak itu muncul mulai di kepala lalu menyebar ke siku, lutut, paha, dan bokong. Akhir 1980-an, plak menghuni 20 persen tubuhnya.

Hati-hati penyakit penyertanya

Menurut badan kesehatan dunia WHO, sekitar 10 persen individu dengan psiorosis mengalami psoriasis arthritis. Hal itu dapat memengaruhi tangan, kaki, pergelangan tangan, pergelangan kaki, leher, dan punggung bagian bawah.

Dalam beberapa kasus sendi akan menjadi cacat. Kuku tangan dan kaki mungkin akan terpengaruh dengan pembentukan kerak, dan terkelupasnya kuku yang menyebabkan kecacatan.

Sekitar tiga perempat dari pasien, psoriasis timbul sebelum usia 40 tahun. Sementara sekitar sepertiga muncul sebelum usia 20 tahun. Data lain mengungkap bahwa psoriasis juga dapat terjadi pada anak-anak yakni sekitar 0,70 persen.

Dampak psoriasis dapat mengubah perilaku individu yang terkena. Ini adalah dampak sosial lanjutan dari psoriasis. Pengidapnya akan menjadi obesitas, meningkatkan konsumsi alkohol dan merokok.

Menurut WHO hubungan yang antara psoriasis dan alkoholisme disebabkan oleh dampak psikologis dari individu yang terkena psoriasis.

Prevalensi psoriasis di seluruh dunia menurut data WHO adalah sekitar 2 persen. Namun, studi di negara-negara maju melaporkan tingkat prevalensi lebih tinggi dari rata-rata, yakni sekitar 4,6 persen.

Masih menurut WHO, saat ini tidak ada obat untuk psoriasis. Pengobatan diarahkan untuk menurunkan perkembangan tanda dan gejala alami dari penyakit.

Mengelola psiorosis tidak terbatas pada pengobatan luka kulit, tetapi juga berurusan dengan penyakit penyertanya yang berbeda (komordibitas). Para tenaga kesehatan perlu menyadari kondisi komordibitas untuk memastikan deteksi awal.

Pasien dengan psoriasis berat harus mendapatkan pemeriksaan kardiovaskular yang tepat. Memastikan diet sehat dan aktivitas fisik yang tepat. Termasuk kelebihan berat badan merupakan elemen penting perawatan, seperti yang ditunjukkan dalam penelitian terbaru.

Lihat Semua
SAAT INI
BERITA UTAMA
REKOMENDASI
TERBARU
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
LIHAT SELENGKAPNYA

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

TERPOPULER