Jakarta, CNN Indonesia -- Psoriasis memang memerlukan pengobatan seumur hidup. Tapi bukan berarti pengidapnya tak bisa hidup normal. Dengan pengobatan yang benar dan tepat, pasien psoriasis tetap bisa hidup berkualitas.
Tidak banyak pasien psoriasis di Indonesia. Jumlahnya diperkirakan sebanyak 2,5 persen di Indonesia, sementara di dunia 2-3 persen. Oleh karena itu, tak heran kesadaran masyarakat akan penyakit ini pun masih kurang.
Demikian yang disampaikan Tjut Nurul Alam, dokter spesialis kulit dan kelamin dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ia mengatakan pasien psoriasis harus menjalani pengobatan seumur hidup. Bila tidak diobati secara benar dan tepat, dapat mengakibatkan efek yang fatal, yaitu kerusakan organ dalam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang rusak adalah jantung dan pembuluh darah," katanya ketika diwawancarai CNN Indonesia melalui telepon, Rabu (29/10). Selain itu, pasien juga bisa mengalami kesendian kaku.
Tingkat keparahan psoriasis diukur dari luas permukaan kulit yang meradang karena penyakit ini. Bila luas permukaan kulit yang meradang kurang dari tiga persen, maka termasuk kategori ringan. Jika luas permukaan kulit yang terjangkit tiga sampai delapan persen, maka masuk kategori sedang. Sementara kategori berat yaitu lebih dari delapan persen.
"Kalau masih kategori ringan tidak perlu ke spesialis, cukup ke dokter umum," ujar Nurul. Namun, kalau sudah masuk kategori sedang dan berat, harus ke dokter spesialis.
"Ada pasien saya yang terkena psoriasis ketika telah pindah ke kota. Padahal, selama di kampung dia baik-baik saja," kata Nurul lebih lanjut.
Bila sudah terkena psoriasis, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan, di antaranya: berusaha selalu merawat kulit dengan mandi, hindari suhu ekstrem, menggunakan pelembab kulit, serta harus jaga berat badan. "Tidak boleh terlalu gemuk karena lemak merupakan tempat yang baik untuk pertumbuhan sel-sel radang," kata Nurul.
Pasien juga harus kurangi kegiatan menggosok badan, seperti lulur atau menggunakan spons mandi. Gesekan pada kulit harus diminimalisasi. Selain itu, pola makan juga harus diperhatikan. Nurul menyarankan agar pasien tidak banyak makan makanan berlemak dan bergula tinggi.
Harapan terbentang luas"Psoriasis adalah suatu penyakit autoimun yang menjangkiti kulit dengan gejala kulit yang bersisik dan berwarna putih keperakan. Selain itu, disertai penebalan kemerahan dan kadang disertai rasa gatal," ujar dokter spesialis kulit dan kelamin Laksmi Duarsa. Faktor genetik dan lingkungan jadi pemicunya, terutama depresi dan trauma.
Normalnya, sel-sel kulit melakukan regenerasi setiap tiga minggu. Namun, dalam kasus psoriasis, regenerasi terjadi setiap 36 jam sekali. Hal inilah yang menyebabkan kulit meradang dan banyak yang terkelupas. Oleh karena itu, diperlukan konsumsi obat yang berfungsi menekan pertumbuhan sel-sel kulit yang berlebihan.
Untuk tingkat keparahan ringan, biasanya hanya dibutuhkan obat oles. Untuk tingkat sedang dan berat, pasien harus minum obat dan menjalani perawatan sinar ultraviolet.
"Mereka butuh pengobatan seumur hidup agar dapat aman dalam kondisi terkontrol," kata Nurul.
Bagian tubuh yang biasanya terjangkiti yaitu punggung, lutut, kepala, siku, kuku, dan lainnya. Penyakit ini turut memengaruhi penampilan fisik seseorang sehingga tak jarang menurunkan kepercayaan diri pengidap.
Menurunnya kepercayaan diri pengidap dapat berujung pada depresi. Padahal, pasien psoriasis tidak boleh tertekan atau depresi karena dapat memperparah kondisinya. "Ini bagaikan lingkaran setan," kata Nurul. Karena itulah, pendampingan dari psikiater dianggap perlu.
Meski begitu, Nurul mengatakan pasien psoriasis harus selalu berjuang karena kemungkinan kulit tetap terlihat normal masih terbuka lebar. "Jangan sampai ada kesan dari pasien kalau ini tidak bisa diobati. Kami sebagai dokter selalu memberi harapan kepada mereka kalau kulit mereka bisa terlihat normal asal menjalani pengobatan dengan benar," kata Nurul mengakhiri pembicaraan.