HARI PSORIASIS SEDUNIA

Jangan Jauhi Pengidap Psoriasis

CNN Indonesia
Rabu, 29 Okt 2014 15:22 WIB
Pengetahuan masyarakat Indonesia yang minim tentang psoriasis membuat para pengidapnya dijauhi karena disangka terkena jamur, penyakit menular, maupun ketombe.
ilustrasi penyakit kulit psoriasis (Getty Images/Igor Zakowski)
Jakarta, CNN Indonesia -- Psoriasis merupakan penyakit yang dapat menyebabkan pengidapnya mengalami masalah di kulit kepala, di wajah, punggung, dan bagian tubuh lain yang dapat mengganggu penampilan. Pengetahuan masyarakat Indonesia tentang psoriasis membuat para pengidapnya dijauhi karena disangka terkena jamur, penyakit menular, maupun ketombe.

Hal inilah yang dirasakan Mutia Wisnu (40), salah satu pengisap psoriasis. Saat berumur 17 tahun, Mutia menyadari ada sesuatu yang salah dengan kulit kepalanya. Mengira dirinya memiliki masalah dengan ketombe, lama-lama ia sadar ada sesuatu yang salah saat kulit leher, telinga, dahi, siku, bahkan punggunnya mengelupas.

“Untungnya saya langsung ke dokter kulit untuk mendapat penanganan medis, dari situ saya tahu saya memiliki psoriasis,” ujar Mutia bercerita kepada CNN Indonesia, Rabu (29/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penyakit yang disebabkan oleh masalah dalam autoimun ini dapat dipicu dengan adanya gangguan dalam daya tahan tubuh. Sebagai reaksi dari gangguan daya tahan tubuh, autoimun di dalam tubuh pengidap psoriosis bereaksi untuk mengganti kulitnya secara terus-menerus.

Secara fisik, Mutia menjelaskan bahwa untuk penanganan mengharuskan dirinya menjaga agar kulitnya tidak kering dengan menggunakan sabun dengan PH yang seimbang, menggunakan pelembab seperti moisturizer, body lotion, dan tentunya harus menahan tangan untuk tidak bermain-main dengan bagian kulit yang terasa gatal atau terjadi trauma di kulit. Dari dokter sendiri diberikan salep dan juga krim untuk menangani gejalanya saat kambuh.

Selain itu karena dipicu dari daya tahan tubuh yang tidak seimbang, Mutia harus menjaga pola hidupnya agar tetap sehat dan tidak membuat daya tubuhnya menurun. “Pola hidup tidak sehat harus dihindari, misalnya seperti merokok, minum alkohol, kurang tidur, infeksi virus. Hal-hal ini dapat memacu kambuhnya psoriasis,” ujar Mutia menjelaskan.

Maka dari itu Mutia harus menjaga pola makan dan pola hidup yang sehat, karena ia tidak dapat mengonsumsi obat-obatan seperti vitamin yang dapat merangsang daya tahun tubuh yang dapat memicu psoriasis.

Bahkan sebagai wanita yang senang dimanja dengan lulur dan scrub, Mutia tidak dapat merasakan hal itu karena dapat merangsang kambuhnya psoriasis. “Tidak bisa centil-centilan dengan lulur lagi,” katanya.

Tekanan di lingkungan sosial

Penyakit psoriasis memiliki beberapa tingkatan. Untuk psoriasis ringan hanya menyerang ke kulit saja, dan jika penyakit ini semakin parah dapat menyerang persendian terutama persendian jari dan lutut yang bahkan dapat menjadi radang. Mutia sendiri terkena psoriasis ringan yang masih menyerang kulit.

Namun penyakit ini membuat para pengidapnya mengalami pengelupasan kulit terus-menerus, kadang sering membuat orang salah sangka.

“Tidak sedikit yang mengira ketombean, atau jamuran. Kita harus bisa meyakinkan orang terdekat kita khususnya seperti keluarga dan teman-teman bahwa ini bukan penyakit menular agar mereka tidak merasa takut tertular,” ujar Mutia menerangkan.

Setelah mengetahui mengidap psoriasis selama 23 tahun, Mutia mengatakan bahwa harus lebih sabar menerangkan ke masyarakat tentang penyakit ini agar masyarakat juga lebih bisa menerima. “Banyak yang stres karena penyakit ini, merasa rendah diri merasa mengapa kulit saya tidak bisa seperti orang lain, mengapa saya tidak bisa mulus seperti yang lain, bahkan merasa malu sampai berniat untuk bunuh diri,” kata Mutia.

Mutia sendiri mengatakan bahwa ia sudah kebal dengan tanggapan-tanggapan masyarakat seperti itu, dan melihat sisi baiknya dari penyakit ini. “Mungkin dengan saya menderita penyakit ini saya justru menjadi lebih dekat kepada Tuhan,” ujar dia menjelaskan.

Di Indonesia sendiri terdapat komunitas-komunitas yang bergerak untuk meningkatkan kepedulian terhadap psoriasis. Salah satunya Komunitas Peduli Psoriasis Indonesia yang menyediakan grup pendampingan bagi para penderitanya.

“Dari bayi sampai orang tua mengikuti grup pendampingan ini, agar dapat berdiskusi banyak tentang psoriasis,” kata Mutia menutup perbincangan.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER