MASTERCHEF AUSTRALIA

George Calombaris dan Filosofi 'Yum'

CNN Indonesia
Kamis, 30 Okt 2014 20:37 WIB
"Untuk apa kita mencoba makanan tapi tidak enak?" kata masterchef George Calombaris, yang memegang teguh filosofi dan teknik memasak "yum."
Ilustrasi: Chef George Calombaris memasak dengan teknik "yum." (Getty Images/whitetag)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menjadi koki ternama bukanlah impian George Calombaris. Sejak dahulu, juri Masterchef Australia ini hanya ingin memasak dan menyalurkan impiannya ke atas piring.

Sebagai koki, ia telah menorehkan banyak prestasi membanggakan. Mewakili Australia dalam kejuaraan koki dunia Bocuse D'Or di Perancis, ia menjadi sebagai salah satu Top 40 koki berpengaruh di dunia versi majalah Global Food and Wine.

"Bukan tentang popularitas, tetapi menjalankan mimpi saya. Membuat orang mengerti mimpi yang saya jalankan. Jika perjalanan karier saya membuat saya terkenal itu bagus, tapi tidak pun tidak apa-apa," kata George.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bila tujuan memasak sekadar mengejar popularitas, maka menurut George, hal itu tidak akan membawa orang tersebut ke mana-mana. Tidak sepatutnya kegiatan memasak dijadikan alat untuk mencari popularitas.

Di tengah-tengah kesibukannya sebagai juri di Masterchef dan restoran miliknya, The Press Club, ia masih sempat menulis beberapa buku masak seperti Greek Cookery from Hellenic Heart dan Your Place or Mine.

Teknik Memasak “Yum”

Sebagai koki, tentunya George harus menguasai berbagai teknik masak untuk menyempurnakan hidangannya. Namun yang terpenting untuknya adalah tehnik “Yum.” Apa itu?

Yang dimaksud George adalah teknik yang dilakukan agar ia dapat membuat makanan yang enak dan membuat orang yang mencobanya berkata “yum.” "Untuk apa kita mencoba makanan tapi tidak enak?" katanya.

Menurut George, semua teknik itu dapat dipelajari. Dengan terus menerus berlatih dan mempraktekkan gerakannya, maka seorang koki akan dapat menguasai teknik apa pun.

"Sama saja dengan pembalap yang berlatih di suatu sirkuit, ia akan terus mengitari sirkuitnya sampai ia kenal betul setiap belokannya. Sama dengan teknik masak, Anda akan terus mengulang-ngulang setiap gerakannya meskipun pada awalnya akan merasa takut," George menjelaskan.

Sebagai koki, tentunya George pernah mengalami kecelakaan-kecelakaan selama memasak. Dari jari terpotong sampai baru-baru ini ia mengalami kejadian akibat kecerobohannya sendiri.

"Saat itu kami sedang mencoba membuat hidangan dengan nitrogen cair, yang diletakkan di suatu mangkok. Nitrogen itu sangat dingin sekali dan mencapai minus 198 derajat, secara tidak sadar sambil bercakap-cakap dengan teman-teman, saya mengambil sendok di dalam mangkok itu dan memasukkannya ke dalam mulut saya," ceritanya.

Selanjutnya, ia menarik sendok itu keluar dari mulutnya dan membuat lidahnya terluka dan berdarah. "Saya segera dibawa ke rumah sakit oleh manajer saya, sesampainya di sana saya hanya bisa tertawa karena itu adalah kejadian yang sangat bodoh.”

Namun kejadian-kejadian seperti ini tidak membuatnya mengurungkan niat untuk terus bekerja keras sebagai koki, karena sejak dulu ia hanya igin menjadi koki. "Jika memang bisa saya ingin jadi pemain Manchester United, tapi itu kan, tidak mungkin," candanya.

Filosofi Masak

Tentunya semua koki memiliki satu kepercayaan yang sama, yaitu membuat makanan yang enak. Namun setiap koki memiliki ciri khasnya masing-masing sebagai seorang koki. "Tentunya masakan saya berbeda dengan koki lain, bahkan dengan rekan saya di Masterchef, Gary," George menjelaskan.

Sebagai pemilik restoran, George memiliki filosofi bahwa setiap orang yang datang ke tempatnya tidak hanya sekedar mendapatkan makanan di atas piring, tetapi mendapatkan suatu pengalaman.

"Dari suasana restorannya, dari pelayanannya, dari pencahayaan, lalu suara di restoran, keramahtamahannya, para tamu tidak hanya mendapatkan makanan di atas piring," kata George.

Dengan terus berkembangnya makanan di dunia, menurut George saat ini yang terpenting adalah tidak lagi bagaimana memasak sesuatu, tetapi bagaimana dan dari mana kita mendapatkan bahan yang diperlukan.

"Bagaimana bahan-bahan didapatkan dengan cara berkelanjutkan. Lalu, bagaimana berbagai hal diterapkan secara etis. Itulah yang sangat penting saat ini. Itulah gerakan besar yang berlangsung saat ini," George menerangkan.

Menjadi seorang koki juga mewajibkannya untuk terus berimprovisasi untuk memenuhi keinginan konsumen. "Bagaimana jika ada seseorang datang ke tempat Anda dan mengatakan 'saya tidak bisa makan makanan yang mengandung gluten, mengandung buah-buahan, saya juga vegetarian dan tidak suka produk susu.' Tidak mungkin saya usir bukan?" katanya.

Menurutnya, yang penting untuk para koki pemula adalah untuk membuat makanan dengan cara sesederhana mungkin, dengan hanya melihat apa yang sedang ada di pasar dan mencari tahu dari mana bahan-bahan itu berasal.

Menjalani Pola Hidup Sehat

Belum lama, koki yang satu ini menurunkan berat badannya sebanyak 20 kilogram. Untuk apa hal ini? "Saya menurunkan berat badan bukan untuk terlihat lebih kurus, tetapi saya ingin tampil bugar dan sehat," George menjelaskan.

Tiba di Jakarta kemarin malam, tidak membuatnya lupa untuk berolahraga di pusat kebugaran untuk sekedar menjernihkan pikiran. "Saya hanya ingin tidak dibebankan dengan berat badan saya, saya ingin tetap bisa bermain bola dengan anak-anak saya," ceritanya.

Namun dengan pola hidup sehat ini tidak menjadikan George melepaskan segala kecintaannya pada makanan jalanan. Menurutnya makanan gorengan bukan berarti tidak sehat, tetapi makanan sehat adalah makanan yang dibuat dari bahan-bahan yang sehat.

"Siapa bilang ayam goreng tidak sehat? Selama kita tahu asal ayam itu dari mana dan menggunakan minyak apa, sehat-sehat saja," ujar George.

Hadirnya anak ke-duanya menjadikan George lebih mementingkan keluarganya. Seperti pada hari Natal, ia mendedikasikan waktunya di rumah dengan bersama keluarga dan melepaskan atribut-atributnya sebagai koki.

"Saya hanya ingin menjalankan hidup layaknya setiap hari adalah hari yang luar biasa. Menjalankan hidup dengan bekerja keras bukan berarti tidak menikmati hidup, mungkin Anda yang terlalu lambat," George mengatakan.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER