Jakarta, CNN Indonesia -- Saat bocah lain mengonsumsi vitamin, makan sayur, atau main basket untuk bertambah tinggi, Sultan Kosen justru mati-matian memendekkan tubuh.
Pada usia 10 tahun, dokter menemukan tumor di belakang matanya. Tumor itu menekan kelenjar pituitari, yang akhirnya menyebabkan Kosen terus bertumbuh. Ia pun didiagnosis gigantisme.
Padahal, Kosen tidak terlihat punya keturunan itu. Ia anak pertama dari lima bersaudara, yang semuanya berukuran normal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seumur hidupnya, Kosen pun harus menjalani operasi demi operasi. Akhirnya, sebuah operasi berhasil menghentikan pertumbuhan tubuh Kosen. Tetap saja, ia sudah terlanjur tinggi. Ia kini menjulang melebihi 250 sentimeter.
Kondisinya itu berujung pada masalah medis lainnya. Tinggi tubuh Kosen menekan tulang-tulangnya. Lututnya sampai stres dan Kosen harus melakukan banyak aktivitas dengan tongkat.
Harta keluarga Kosen tidak melimpah. Ia tak punya uang untuk fisioterapi. Lokasi rumahnya di daerah terpencil Turki, juga merepotkan. Ia harus melalui 17 jam perjalanan meletihkan untuk berobat.
Melansir Today, Kosen baru pertama kali meninggalkan desanya pada tahun 2009. Usianya saat itu 27 tahun. Ia datang ke gemerlap perkotaan New York untuk tur penerima Guinness World Records.
Kosen kini manusia tertinggi dunia. Ia mengalahkan rekor manusia manapun selama 20 tahun belakangan. Terakhir, ia mendepak Xi Shun, pemegang rekor sebelumnya yang berasal dari Tiongkok. Shun memiliki tinggi 235 sentimeter.
Ia juga mencatat rekor sebagai pemilik tangan terbesar. Dari pergelangan hingga ujung jari tengah, diameternya hampir 28 sentimeter.
Tak disangka, tercatat di Guinness World Records merupakan impian Kosen. "Saya sangat bangga dan bahagia," katanya mengungkapkan.
New York adalah kota pertama dalam turnya. Setelah itu, di tahun yang sama Kosen akan mengunjungi Los Angeles, Austria, Portugal, Spanyol, dan Italia.
Setelah itu, ia akan pulang kembali ke Turki dan disambut bak pahlawan. Kosen mendadak populer. Ia merasa hidupnya jungkir balik. Dari serba terbatas, kini dikenal banyak orang.
(Baca juga:
Kala Manusia Tertinggi dan Terpendek Dunia Bersua)
Menemukan cintaDari ketenaran yang mendadak diterimanya itu, Kosen punya harapan sederhana. Ia berharap itu bisa membantunya menemukan istri.
"Sangat sulit menemukan kekasih. Perempuan biasanya takut. Mudah-mudahan karena sekarang saya terkenal, saya lebih mudah bertemu perempuan. Impian saya adalah menikah," kata Kosen.
Impian itu akhirnya terkabul. Sekitar dua tahun setelah ia tenar, seorang perempuan mendatanginya ke Turki, dari Suriah. Namanya Merve Dibo.
Mereka pun berkencan. Baru beberapa bulan, mereka memutuskan mengikat kebersamaan dalam pernikahan. "Saat saya melihat matanya, saya tahu itu cinta," ujar Kosen dalam Guinness World Records.
Dibo sendiri perempuan normal. Tingginya 175 sentimeter. Saat bersanding dengan Kosen, ia hanya setinggi perutnya. Namun, Dibo jatuh cinta.
"Awalnya semua orang di sekeliling saya berkata agar tidak menikahinya karena tinggi badannya. Tapi saya jatuh cinta dengan hatinya, bukan tingginya. Tingginya tidak merepotkan saya sama sekali," ujar Dibo mengungkapkan.
Pernikahan mereka pun digelar meriah, pada Oktober 2013 di Mardin, Turki. Lebih dari 1.500 orang hadir di upacara privat itu, termasuk perwakilan pejabat lokal dan Guinness World Records.
Dari pernikahannya, Kosen dan Dibo yang kini sama-sama berbahagia, berharap punya dua anak.
(Baca juga:
Manusia Tertinggi dan Terpendek di Indonesia)