Ketika Remaja Merasa Tidak Butuh Lagi Orang Tua

Jakarta, CNN Indonesia -- Memasuki usia remaja, anak yang biasa tergantung dengan orang tua mulai membangun dependensi diri, atau keadaan di mana anak bergantung pada diri sendiri. Hal itu menyebabkan orang tua sulit menjalin komunikasi dengan anak-anak mereka.

Ditemui di Bistronomy Café, Kebayoran, pada Selasa (25/11), psikolog Roslina Verauli menjelaskan tentang komunikasi anak dan orang tua yang mulai renggang di usia remaja.

“Ketika anak mulai memasuki umur 18 sampai 20 tahun, apalagi sejak SMA, mereka mulai punya kesibukan sendiri. Di saat ini pola hubungan orang tua dan anak mengalami pendewasaan,” kata Verauli.

Sebagai orang tua yang biasa membimbing dan bersama anak-anaknya setiap waktu, perubahaan pola hubungan ini juga membuat mereka khawatir. Orang tua akan bertanya-tanya bagaimana cara berkomunikasi dengan anak mereka?

Kebanyakan orang tua akan merasakan kekosongan ketika anak-anaknya mulai sering tidak ada di rumah. “Apalagi belum tentu dalam satu hari bisa mengobrol dengan anaknya, tentu merasa sepi,” kata Verauli menambahkan.

Usia 20-an adalah masa bagi anak merayakan kebebasan. Mereka merasa bahwa sudah dapat mengurus dirinya sendiri atau independen. Namun menjalin hubungan dengan orang tua tetap perlu dilakukan.

Verauli menjelaskan bahwa orang tua harus lebih bersabar untuk menjalin komunikasi dengan anak-anaknya yang sudah dewasa. Di usia 18 sampai 20-an, anak-anak telah membangun dependensi diri. Saat ditanya dengan pertanyaan yang langsung ‘menyerang’, mereka akan merasa bahwa ibu atau ayahnya merasa ingin tahu.

“Butuh waktu dua sampai tiga minggu untuk membangun komunikasi dengan mereka. Orang tua tidak bisa langsung menyerang dengan pertanyaan ‘Kenapa sedih? Putus ya?'” ucap Verauli menjelaskan. Meskipun di usia tersebut akan lebih baik bagi mereka untuk bergantung kepada pasangannya, namun komunikasi dengan orang tua tetap harus dijaga.