PENELITIAN KESEHATAN

Orang 'Pintar' Lebih Berisiko Stroke

Windratie | CNN Indonesia
Sabtu, 13 Des 2014 11:30 WIB
Orang berpendidikan tinggi yang bermasalah daya ingat, lebih besar risikonya terhadap stroke. Itu karena cadangan kognitif mereka tak punya imbalan lagi.
Ilustrasi otak (Thinkstock/Greyfebruary)
Jakarta, CNN Indonesia -- Orang-orang berpendidikan tinggi berisiko lebih besar terkena stroke, menurut penelitian dari Belanda.

Sebuah penelitian yang dipublikasikan jurnal Stroke mengatakan, orang-orang berpendidikan tinggi mempunyai risiko 39 persen lebih besar terserang stroke ketimbang yang berpendidikan lebih rendah.

Namun, itu tidak terjadi pada semua orang berpendidikan tinggi. Risiko tinggi hanya pada mereka yang bermasalah daya ingat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dilansir dari situs resmi Stroke, itu terjadi karena pertahanan awal terhadap penurunan kognitif mereka telah terkikis.

Sekitar sembilan ribu orang di Rotterdam dilacak selama 20 tahun lebih. Mereka berusia di atas 55 tahun dan dalam kondisi sehat. Dalam kuesioner para peserta ditanya tentang masalah daya ingat yang mereka alami.

Pada 2012, sekitar 1.134 kasus stroke terjadi dalam kelompok penelitian tersebut. Setelah menganalisis  hasil, para peneliti Erasmus University Rotterdam melihat peningkatan risiko stroke pada orang-orang yang mengeluh masalah ingatan.

Namun, risiko stroke bahkan lebih tinggi pada peserta yang memiliki pendidikan tinggi. Diantaranya, pendidikan kejuruan atau universitas.

Cadangan kognitif

Arfan Ikram, profesor neuroepidemiology dari Erasmus University mengatakan, pendidikan adalah indikator baik dari kemampuan otak melawan kerusakan kognitif seperti demensia.

Kemampuan yang dikenal sebagai cadangan kognitif itu dibangun selama masa kanak-kanak dan dewasa awal. Juga dianggap mampu melindungi kerusakan otak.
 
Arfan mengatakan, "Orang dengan tingkat pendidikan yang tinggi memerlukan waktu lebih lama untuk otaknya menjadi rusak, serta demensia." Namun, jika orang-orang tersebut mulai mengeluhkan daya ingat, maka mekanisme tersebut hilang.

"Itu bisa menjadi indikator bahwa telah mereka mencapai stadium lanjut, yakni ketika cadangan kognitif mereka tidak memiliki imbalan lagi," katanya.

Akibatnya, Ikram melanjutkan, daya ingat atau memori bisa jadi tanda peringatan penting dalam subkelompok tersebut.

Stroke terjadi bila pembuluh darah yang membawa oksigen dan nutrisi ke otak tersumbat oleh gumpalan, atau pecah. Jika hal tersebut terjadi, bagian otak tidak bisa mendapatkan darah dan oksigen yang dibutuhkan sehingga sel otak mati.

Asosiasi Stroke Amerika Serikat mengaitkan, masalah medis seperti diabetes, tekanan darah tinggi dan  kolesterol tinggi dapat meningkatkan risiko stroke. Menjalani gaya hidup sehat, menjaga aktivitas fisik, dan berhenti merokok mengurangi risiko serangan stroke.

(win/rsa)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER