Jakarta, CNN Indonesia -- Seringkali masyarakat mendefinisikan membunuh atau membuang bayi dalam kandungan adalah kegiatan aborsi. Namun, ada beberapa hal yang salah dimengerti mengenai penghentian kehamilan ini.
Ternyata ada beberapa hal yang harus dipahami ketika membicarakan aborsi, seperti menurut mantan Kepala Pengawasan Aborsi dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat, David A Grimes.
Grimes menyatakan setidaknya ada lima hal yang harus dipahami oleh masyarakat terkait aborsi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Aborsi itu apa?
Aborsi diartikan sebagai penghapusan fetus (janin) atau embrio dari rahim sebelum fase sempurna. Penggolongan fase ini dapat berdasarkan banyak hal, entah usia kehamilan ataupun berat badan janin. Secara umum, parameter yang digunakan adalah ketika janin berusia 23-24 minggu.
2. Trimester ketiga: Oxymoron
Tindakan penghentian kehamilan saat kondisi janin sudah sempurna menurut Grimes tidak termasuk kategori aborsi. Beberapa hal yang menyebabkan tindakan penghentian tersebut dapat menurut medis, atau posisi janin.
Jika sang janin usia 8,5 bulan menderita anencephaly (kondisi tanpa otak), maka tindakan penghentian tersebut bukanlah aborsi, namun dapat berupa induksi persalinan, hysterotomy (operasi caesar kecil), atau penghentian kehamilan yang lain non-aborsi.
3. Istilah embrio dan janin
Embrio adalah fase awal dalam kehamilan. Setelah organ-organ terbentuk sekitar delapan mingguu, barulah embrio menjadi janin.
Janin menjadi istilah yang digunakan sejak fase tersebut hingga dilahirkan, jadi bukan bayi, orok, ataupun anak.
4. Aborsi = ‘kelahiran parsial’?
Istilah di atas bukanlah berasal dari istilah medis. Sehingga, penamaan aborsi dengan kelahiran parsial tidak tepat.
5. ‘Pro-Kehidupan’?
Seringkali penentang aborsi disebut ‘pro-kehidupan’. Menurut Grimes, istilah yang tepat adalah ‘pendukung-kelahiran’.
(mer/mer)