PENELITIAN KESEHATAN

Tak Bisa Berdiri Satu Kaki? Ada yang Salah dengan Otak

Windratie | CNN Indonesia
Kamis, 25 Des 2014 09:50 WIB
tak mengontrol semua sirkuit sensorik. Hilangnya koordinasi motorik, seperti ketidakmampuan menyeimbangkan tubuh, mengindikasikan kerusakan otak.
Ilustrasi berdiri satu kaki (Getty Images/arda savaşcıoğulları)
Jakarta, CNN Indonesia -- Percayakah Anda jika kesehatan otak bisa ditentukan dari lamanya seseorang berdiri dengan satu kaki? Meski terdengar seperti lelucon, tapi hal tersebut telah coba dibuktikan dalam sebuah penelitian.
 
Para peneliti dari Center for Genomic Medicine di Universtas Kyoto di Jepang bertanya kepada 1400 orang dengan usia rata-rata 67 tahun. Para responden diminta berdiri dengan satu kaki yang diangkat dan mata terbuka selama 60 detik.

Setiap orang mencoba sampai dua kali, dan waktu terbaik yang mereka capai dipakai sebagai analisis. Kemudian, dengan menggunakan MRI para peneliti memindai otak setiap responden.

Di antara mereka yang memiliki gangguan keseimbangan, setelah diteliti 15 persen memiliki satu lesi perdarahan mikro di otak, 30 persen memiliki dua. Sementara, 16 persen memiliki satu penyumbatan arteri otak, 35 persen memiliki dua. Selain itu, orang-orang dengan waktu keseimbangan terpendek umumnya memiliki skor kinerja mental terendah.  

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagaimana caranya berdiri satu kaki dapat menyediakan informasi kesehatan otak?

“Keseimbangan dicapai dan dijaga oleh tiga sirkuit sensorik utama. Yaitu, visi, proprioceptif (rasa untuk posisi menyeimbangkan tubuh) dan sistem vestibular (telinga bagian dalam, dll),” kata Jose Biller, ketua neurologi Loyola Medicine di Maywood, Illinois, Amerika Serikat, seperti dilansir dari laman Prevention.

Jika Anda memerhatikan pelajaran anatomi di SMA, Anda akan ingat bahwa otak mengontrol semua sirkuit sensorik. Jadi, hilangnya koordinasi motorik, seperti ketidakmampuan menyeimbangkan tubuh untuk waktu lama, mengindikasikan kerusakan otak.

Jadi, coba lakukan tes keseimbangan tubuh. Jika tidak dapat mematahkan batas waktu 20 detik, menurut Biller, mungkin ada peningkatan risiko penyakit otak dan penurunan kognitif.

Hasil studi terbaru itu diterbitkan di dalam jurnal Stroke.

(win/mer)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER