PENELITIAN KESEHATAN

Mengonsumsi Antioksidan Ekstra Tak Memperpanjang Usia

Windratie | CNN Indonesia
Sabtu, 10 Jan 2015 10:15 WIB
Dari uji klinis acak ditemukan bahwa suplemen antioksidan tidak mencegah penyakit.
Sayur dan buah diyakini mengandung antioksidan alami. (Michael Stern/Flickr)
Jakarta, CNN Indonesia -- Orang-orang yang mendapat banyak antioksidan dalam diet atau dalam bentuk suplemen, tidak hidup lebih lama dari orang-orang yang hanya makan dengan baik secara keseluruhan. Hal tersebut diungkap oleh penelitian jangka panjang pensiunan di California.

Antioksidan, termasuk vitamin A, C, dan E yang berlimpah di dalam sayuran dan buah-buahan melindungi dari kerusakan sel atau DNA. Hasilnya, antioksidan disebut dapat mencegah kanker, pencegahan penyakit jantung, bahkan menangkal demensia.
 
“Ada bukti ilmiah baik tentang diet yang mengonsumsi banyak sayuran dan buah-buahan berdampak sehat dan menurunkan penyakit tertentu,” kata Annlia Paganini Hill dari Clinic for Aging Research and Education di University of California, Irvine.

“Namun tidak jelas apakah itu disebabkan oleh antioksidan, sesuatu yang lain dalam makanan tersebut, makanan diet, atau pilihan gaya lainnya,” kata Paganini Hill seperti dikutip dalam laman Reuters. Dari uji klinis acak ditemukan bahwa suplemen antioksidan tidak mencegah penyakit.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para peneliti menggunakan survei dari tahun 1980-an yang meneliti 14 ribu masyarakat pensiunan di Leisure World Laguna Hills. Peneliti merinci asupan dari 56 makanan atau kelompok makanan yang kaya akan vitamin A dan C, serta asupan suplemen vitamin mereka.

Sebanyak dua pertiga kelompok paling sering mengonsumsi suplemen vitamin C. Para peneliti mencatat diet para peserta sendiri sebetulnya telah memenuhi kebutuhan suplemen di dalam asupan makanan dan minuman mereka.

Dengan pemeriksaan periodik dan survei ulang, para peneliti terus mengikuti kelompok selama 32 tahun ke depan. Selama itu sebanyak 13.104 warga meninggal.

Paganini-Hill meneliti sejarah kesehatan seperti kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, konsumsi kafein, olahraga, indeks masa tubuh, hipertensi, angina pektoris (penyakit jantung iskemia), serangan jantung, stroke, diabetes, rheumatoid arthritis, dan kanker.

Jumlah vitamin A atau C dalam makanan atau suplemen vitamin tidak ada hubungannya dengan risiko kematian. Orang-orang yang mengonsumsi vitamin mungkin memiliki gaya hidup berbeda atau kondisi penyakit yang mendasari risiko kematian.

“Di dalam populasi umum, kebiasaan menjalankan hidup sehat biasanya terkelompok. Misalnya, orang-orang yang mengonsumsi vitamin sebagai suplemen akan sering berolahraga, tidak merokok, dan tidak mengalami obesitas,” kata Paganini-Hill.  

Hubungan umur panjang dan suplemen

Faktor-faktor tersebut menjelaskan hubungan antara umur panjang dan suplemen vitamin. Di sisi lain, peneliti mencatat orang-orang dengan kebiasaan tidak sehat akan lebih mungkin mengonsumsi suplemen.

Misalnya, mereka melihat bahwa laki-laki perokok dua kali lebih mungkin mengonsumsi dalam jumlah tinggi atau sedang vitamin C, dibandingkan laki-laki yang tidak pernah merokok.  Pola serupa juga ditemukan pada laki-laki dengan asupan vitamin A dan perempuan yang mengonsumsi vitamin A dan C.

Beberapa penelitian menemukan hubungan antara asupan vitamin dan risiko kematian, tetapi sebagian besar belum ditunjukkan oleh peneliti. “Kita tahu cukup banyak tentang bagaimana antioksidan bertindak, dan apa yang secara teoritis dapat mereka cegah,” kata Sabine Rohrmann dari Institute of Social and Preventive Medicine di University of Zurich.

“Salah satu isu yang penting adalah bahwa kita tidak tahu banyak tentang bagaimana antioksidan bertindak pada konsentrasi berbeda, atau bagaimana mereka bertindak pada manusia yang memiliki atau tidak memiliki vitamin atau asupan antioksidan yang cukup,” kata Rohrmann.

Selain itu menurut penelitian National Institutes of Health, dosis tinggi beta-karoten dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru pada perokok. Dosis tinggi vitamin E juga dapat meningkatkan risiko kanker prostat dan satu jenis stroke. Antioksidan juga daapt berinteraksi dengan beberapa obat-obatan.

Oleh karena itu, harus berdiskusi dulu dengan dokter jika ingin mengonsumsi suplemen tertentu. “Suplemen antioksidan tidak boleh digunakan untuk menggantikan diet nutrisi yang memadai,” kata Paganini menambahkan.

(win/mer)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER