KESEHATAN JIWA

Gangguan Mental yang Mengancam Pengguna Angkutan Umum

Windratie | CNN Indonesia
Jumat, 16 Jan 2015 16:25 WIB
Bepergian dengan transportasi umum, khususnya, menyebabkan tingkat kepuasan hidup rendah, kurang harga diri, serta tingginya kecemasan.
Kereta bawah tanah Washington Metro. (Getty Images/ Alex Wong)
Jakarta, CNN Indonesia -- Transportasi publik menjadi masalah akut bagi sebuah kota besar. Di Jakarta, kita bisa menyaksikan para pengguna kereta api komuter line dan Trans Jakarta yang sangat besar jumlahnya. Situasi yang sama terjadi di London, Inggris, di mana warga sangat tergantung dengan angkutan transportasi massa tersebut.

Selasa lalu terjadi pemogokan yang melibatkan 27 pekerja di 18 perusahaan di London. London memiliki tingkat kepemilikan mobil terendah di Inggris, dengan proporsi penggunaan transportasi umum oleh warga tertinggi di Inggris.

Komuter jadi kian menarik bagi warga London yang mencoba berdamai dengan pekerjaan mereka di tengah meningkatnya harga properti lokal.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Komuter, bagaimanapun, kerap dianggap sebagai 'kejahatan yang diperlukan'. Seperti yang dikatakan oleh dua pertiga responden jajak pendapat pada musim dingin ini di Inggris.

Hasil jajak pendapat menyebut transportasi umum sebagai bagian kehidupan kota yang paling membuat stres. Mereka yang tinggal di dalam wilayah penglaju London adalah orang-orang paling stres di Inggris.

Melelahkan jiwa dan raga

Bisa dimengerti jika menjadi penglaju di London dianggap paling membuat stres. Sebab, begitu lamanya perjalanan yang dibutuhkan. Rata-rata perjalanan pulang di Inggris adalah 54 menit. Namun warga London melakukan perjalanan terpanjang di negara itu, yakni 74,2 menit. Hampir dua kali lipat rata-rata perjalanan di seluruh dunia, sekitar 40 menit.

Komuter melelahkan jiwa dan raga. Melakukan perjalanan begitu banyak membuat mereka yang melakukannya di sekitar London sangat rentan terhadap stres. Penelitian yang melihat hubungan komuter dan kesejahteraan dilakukan oleh Office for National Statistics.

Lembaga Inggris tersebut melihat pola perjalanan yang merugikan bagi kesehatan mental. Perjalanan komuter membuat kita tidak bahagia.

Bepergian dengan transportasi umum, khususnya, menyebabkan tingkat kepuasan hidup rendah, kurang harga diri, serta tingginya kecemasan. Kurang kontrol dalam perjalanan penglaju adalah pemicu stres utama.
 
Komuniter membuat kita cenderung terisolasi. Studi di Amerika Serikat menunjukkan, setiap 10 menit kita melakukan perjalanan komuter, kita terlibat dalam pengurangan modal sosial sebesar 10 persen.

Kecenderungan itu berimplikasi pada waktu tempuh yang dapat mengurangi jaringan teman, dan lebih sedikit orang untuk berbicara tentang masalah dan ketakutan kita.

Situasi ini dianggap sebagai kesepian di tengah kerumunan orang. Meski dikelilingi orang banyak, mereka adalah orang asing terbaik yang lebih mungkin menjadi 'saingan'. Komuter bahkan dianggap sebagai penyebab utama pernikahan bubar.

Penelitian di Swedia baru-baru ini mengungkap, orang-orang yang pergi bekerja selama lebih dari tiga perempat dari satu jam untuk bekerja, 40 persen lebih mungkin menceraikan pasangannya.

Beralih ke perjalanan aktif

Tekanan mental seringkali berjalan beriringan dengan penyakit fisik, seringkali terkunci dalam lingkaran setan ketegangan.

Perjalanan komuter teridentifikasi sebagai penyebab utama nyeri leher, punggung, dan bahu yang diakibatkan oleh penggunaan gerbong kereta dan bus yang sempit dan penuh sesak dua kali dalam sehari.

Secara umum angkutan umum juga berfaedah. Pertimbangan praktisnya, memaksimalkan jumlah orang yang dapat dibawa dengan aman.

Di saat yang sama orang-orang yang melakukan perjalanan komuter akan meremas atau memegang kencang kursi ketika berdiri tanpa mengevaluasi postur tubuh, atau memerhatikan apakah bahu membungkuk. Keluhan fisik diperburuk dengan penggunaan transportasi umum.

Orang-orang yang bergantung pada angkutan umum kecil kemungkinannya untuk melakukan olahraga teratur. Serta lebih mungkin menggantikan makanan sehat mereka dengan makanan siap saji atau jajanan.

Tren tersebut diperparah oleh kemacetan yang panjang. Penelitian di Amerika menemukan, perjalanan komuter juga menyebabkan kelebihan berat badan.

Menempuh perjalanan yang aktif seperti bersepeda ke tempat kerja dapat mengusir stres dari perjalanan komuter. Penelitian mengamati 18 ribu penumpang selama dua dekade. Mereka yang beralih ke perjalanan aktif mengalami peningkatan kesejahteraan psikologis. Selain itu juga berkurangnya ketegangan, lebih mudah berkonsentrasi, dan mengurangi insomnia. (win/utw)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER