Jakarta, CNN Indonesia -- Kreativitas memang memberikan efek yang sangat luar biasa. Sesuatu yang dipandang sebelah mata pun bisa berubah menjadi begitu memesona jika diberikan sentuhan kreativitas.
From nothing to something.Dade Akbar, adalah salah satu orang yang memanfaatkan kreativitasnya untuk mengubah sesuatu yang terlihat biasa saja menjadi begitu menarik perhatian. Dade, begitu ia akrab disapa, mencoba menaikkan 'derajat' makanan warteg menjadi lebih terlihat 'berkelas'.
Ide itu muncul karena ia bosan melihat makanan yang setiap hari ditemuinya berbentuk itu-itu saja. "Kalau makan saya suka bawa dari rumah atau beli makan, bentuknya gitu-gitu saja setiap hari. Lama-lama saya bosan. Saya pengen bikin yang lebih bervariasi dan menarik." kata Dade saat ditemui CNN Indonesia di kediamannya di daerah Jakarta Selatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akhirnya, Dade pun tertantang untuk mencoba menata makanan-makanan yang biasa dimakan masyarakat Indonesia. Misalnya makanan warteg. Namun, ia mencoba menampilkan makanan dengan gaya yang lebih menarik dan penuh estetika.
"Karena memang saya pengen yang
accessible, ya makanan warteg, makanan rumah, makanan apapunlah menu saya sehari-hari gimana sih caranya supaya menarik," ujarnya.
Saat itu Dade merasa hasil karyanya terlihat menarik. Tak jarang, Dade merasa takjub sendiri dengan hasil karyanya. Ia pun tak menyangka bahwa makanan sederhana yang dilihatnya setiap hari bisa terlihat berbeda ketika ditata dengan cara yang berbeda. Bahkan ini terlihat seperti menghasilkan sebuah makanan baru.
Sedikit merendah, ia mengaku tak punya skill menata makanan dari pendidikan formal. Kemampuannya menghasilkan tatanan makanan yang enak berasal dari kegemarannya 'mengutak-atik' sesuatu.
"Mungkin pada dasarnya memang saya 'gatelan' aja, kok ini begini ya? kok begitu ya? Kayak pengen bikin sesuatu,” tuturnya. "Kayaknya ini juga idenya cukup sederhana untuk bisa diaplikasikan. Ada tujuannya."
Ia pun mulai memublikasikannya dalam akun jejaring sosial miliknya."Yang lihat cuma teman-teman dekat. Komentar mereka lucu-lucu. Akhirnya mulai saat itu bikin warteg gourmet deh," tukasnya.
Ia membuat akun Instagram warteg gourmet sejak Oktober lalu. Dalam akun itu, Dade menampilkan kreasi
food styling buatannya yang menggunakan makanan warteg ala gourmet. Ia pun tak menyangka bahwa hasil kreasinya bisa mendapat apresiasi dari banyak orang. "Dari yang follow cuma sepuluh, naik jadi puluhan, naik lagi jadi ratusan, pelan-pelan naiknya, saya bisa ngerasa, oh responsnya kayak gini," katanya. Saat ini follower akun Instagram warteg gourmet pun sudah menyentuh angka ribuan, dan Dade pun tak menyangka respons masyarakat bisa sejauh ini.
(Baca juga:
Kala Menu Warteg 'Naik Kelas' Jadi Makanan Bintang Lima)
Suka memasak
 Dade Akbar, penggagas makanan warteg ala gourmet (CNN Indonesia/Endro Priherdityo) |
Sampai saat ini hampir semua jenis makanan ala warteg sudah pernah ditatanya dengan ala gourmet. Dari semua makanan di akun Instagram-nya, tatanan kerupuklah yang menuai pujian dan komentar terbanyak. "Kerupuk itu familiar semua orang tahu jadi dengan cara dipresentasikan seperti itu kerupuk naik kelas," katanya.
Namun di antara semua jenis makananan yang ada, sup adalah makanan yang paling sulit ditata. "Karena sup banyak isinya dan ada kuahnya," ujarnya.
Selain terampil di bidang visual dan estetika, ternyata pria lulusan Desain Komunikasi Visual di Institut Teknologi Nasional (ITENAS), Bandung ini ternyata juga suka memasak. Ia mengaku suka memasak karena ia suka makan. "Dari kecil saya sering lihat ibu saya masak, nenek saya masak. Kebetulan juga saya suka makan dan ketika enggak ada makanan di rumah, saya masak. Waktu tinggal di luar negeri juga begitu," ujarnya. "Buat saya masak itu kayak rekreasi. Memang suka aja."
Masakan favorit Dade adalah nasi goreng. Pasalnya, nasi goreng bisa dibuat banyak variasi. Selain itu, Dade juga suka memasak steak. Dade juga mengaku pernah membuat makanan Indonesia dari bentuk yang paling sederhana hingga yang paling rumit.
Untuk makanan favorit, Dade menyukai telur mata sapi setengah matang yang disajikan bersama abon dan kecap. Ia mengatakan, memorinya ketika makan makanan tersebut selalu bagus sejak kecil. "Makanan itu selalu membawa kita ke memori kita saat memakannya. Karena makanan itu enggak sekadar makanan, biar pun makannya di New York, tapi ada kejadian yang enggak menyenangkan, enggak bakal enak juga," kata Dade.
Mengembangkan menjadi bisnisBerkat keisengannya itu, kini Dade pun mulai mendapat pesanan dari teman-temannya. "Sekarang yang kita jalanin
private cathering untuk 15 sampai 50 orang, kita bisa
gather in any occasion, mulai dari
dinner, new years eve, atau arisan. Kita mau bikin
dining experience," ungkap Dade.
Dalam melakukan bisnisnya ini, ia tidak sendirian. Dade sering melibatkan teman-temannya untuk membantunya. "Setiap kerjaan saya bikin proyek. Kalau ada acara saya ajak siapa yang mau masak bareng saya atau approach siapa yang mau masak, siapa yang mau ikutan," pungkasnya.
Dengan membuat setiap pesanan menjadi sebuah proyek, Dade mengaku selalu lebih semangat dalam menjalani aktivitasnya tersebut. "Ada sesuatu yang baru aja jadi enggak membosankan," imbuhnya.
Dade pun bercerita bahwa ia tidak mempunyai tim khusus dan tim tetap untuk menjalankan proyeknya. Ia juga memilih projek mana yang ia ambil dan mana yang tidak karena butuh energi yang besar dan waktu yang banyak untuk melakukan bisnisnya ini.
Ia juga berencana untuk mengembangkan bisnisnya menjadi lebih besar dengan membuka sebuah restoran. "Dari awal memang ada niat, cuma itu kan perlu waktu. Sekarang lagi dibikin. Insya Allah dalam waktu dekat mudah-mudahan karena tinggal dijadiin aja," ungkapnya.
(chs/mer)