Jakarta, CNN Indonesia -- Menjadi chef bukanlah hal yang dicita-citakan Arnold Poernomo sejak dulu. Kondisi dan pengalamanlah yang mengantarkannya sebagai seorang chef seperti saat ini.
Lahir dari seorang ibu yang merupakan pastry chef, Arnold kecil pun sudah akrab dengan dunia kuliner. Pengalaman pertamanya memasak adalah saat ia membuat bekal makan siang sendiri.
"Ibu saya seorang chef. Waktu saya lahir, dunia kuliner sudah sangat familiar karena ibu saya punya restoran waktu itu," kata Arnold saat ditemui CNN Indonesia di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pria kelahiran Surabaya itu menapaki dunia kuliner sejak umur 14 tahun. Ia bekerja di sebuah kafe di Australia sebagai
kitchen hand.
"Umur 14 tahun, kerja pulang sekolah. Waktu itu ada kafe di dekat rumah yang cari staf buat
kitchen hand, buat bersih-bersih dapur, ya saya apply. Terus mulai dari situ buat duit jajan ekstra. Habis itu ya sudah, sampai sekarang kerja di dunia kuliner," papar Arnold.
Sejak saat itu, Arnold pun melanjutkan kariernya dengan bekerja di beberapa restoran lainnya. Selama di Australia, ia bekerja di enam tempat. Dari mulai
kitchen hand, waiter, barista, bartender, sampai koki pun pernah ia lakoni.
Kembali ke Indonesia, Arnold pun melanjutkan kariernya dengan bekerja sebagai seorang chef di salah satu restoran ternama di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, sekitar tahun 2010 lalu.
Meski memang memiliki pekerjaan sebagai chef, Arnold mengaku tak pernah menyebut dirinya sebagai chef. "Saya enggak pernah bilang saya chef kok. Saya
cook. Kalau chef kan
qualified, sekolah,
certification," tukasnya.
Arnold mengaku, keterampilan memasak yang didapatkannya diperolehnya secara otodidak. Selain belajar dari keluarga, ia juga belajar melalui pengalamannya bekerja di beberapa restoran.
Baginya, memasak adalah profesi karier, dan masa depan. Walaupun menurutnya profesi sebagai chef tidak menjanjikan, tapi ketika renjana sudah berbicara, uang pun tak jadi masalah.
"Profesi sebagai chef udah gajinya kecil, kerjanya keras. Selalu underpressure. Tapi itu menyenangkan juga. Kalau mau jadi chef enggak bisa kaya. Kecuali kalau sudah punya restoran sepuluh. Kalau chef-chef biasa mah gaji kecil," kata pria lulusan Covenant Christian School, Sidney itu.
Meski tak menjanjikan, ia pun tetap menjalankan profesinya sebagai chef karena ia menemukan kesenangan tersendiri. "Jadi chef itu kita suka apa yang kita lalukan. Jadi itu yang mungkin buat saya enggak bisa dibayar dengan uang. Kalau kita ngeliat orang habis makanannya, bilang enak, kenyang, saya sudah senang," ungkap pria kelahiran 18 Agustus 1988 itu.
Citra sebagai celebrity chefBerprofesi sebagai chef, masuk televisi, lalu terkenal, itulah definisi yang Arnold sematkan pada status
celebrity chef. Meski masyarakat menganggapnya sebagai
celebrity chef saat ini, ternyata lagi-lagi, Arnold tak menganggap dirinya sebagai
celebrity chef."Saya enggak pernah nganggep saya
celebrity chef. Masuk TV atau enggak sama saja. Enggak ada artinya sih buat saya. Buat publikasi mungkin bagus," papar Arnold.
Keterlibatannya sebagai juri di salah satu kontes memasak pun karena pihak acara tersebutlah yang memilihnya untuk tampil.
"Mereka yang pilih. Season kedua saya kan jadi bintang tamu. Season yang ketiga diminta untuk jadi juri. Waktu itu saya juga enggak mau. Bos saya yang dulu bilang buat publikasi restoran, bagus. Ya sudah saya ambil," tuturnya.
Kini, Arnold Poernomo, semakin melebarkan sayapnya di dunia kuliner. Selain tampil di beberapa stasiun TV, ia pun sudah memiliki bisnis restoran sendiri, bersama beberapa keluarganya.
Berada di posisinya sekarang, Arnold masih merasa ia belum sukses. Masih banyak hal yang ingin ia lakukan, mengingat usianya yang baru menginjak 26 tahun.
"Sukses itu ada banyak, di keluarga, keuangan, dan pribadi. Bisa aja orang yang banyak duit tapi secara keluarga dia enggak sukses. Ada orang yang biasa-biasa, tapi secara keluarga dia sukses, artinya dia bahagia. Kalau sukses karier saya belum. Kalau secara pribadi belum cukup. Harus masih banyak usaha. Masih muda juga kan," ujarnya.
"Kesuksesan tidak akan datang sendiri. Kita harus bekerja keras. We have to work and earn," imbuhnya.
(Baca juga:
Chef Edwin Lau dan Cerita Lelaki Hot Kitchen Bermental Baja)
(mer/mer)