Jarang Berkedip saat Bicara Pertanda sedang Berbohong

Windratie | CNN Indonesia
Selasa, 27 Jan 2015 14:35 WIB
Teorinya, saat seseorang kewalahan berpikir (menciptakan kebohongan), tingkat berkedip secara dramatis berkurang.
Apa yang tidak kita ungkapkan secara lisan, kita sebetulnya berkomunikasi dengan cara terkuat dari bahasa tubuh, yakni lewat mata. (morgueFile/imelenchon)
Jakarta, CNN Indonesia -- Dibutuhkan waktu hanya tujuh detik. Anda berjalan, senyum, berjabat tangan. Pada saat-saat singkat komunikasi nonverbal tersebut, para ahli berkata, sebagian besar orang membentuk kesan pertama mereka. Apa yang tidak kita ungkapkan secara lisan, kita sebetulnya berkomunikasi dengan cara terkuat dari bahasa tubuh, yakni lewat mata. Mata, mereka tidak pernah berbohong,

Mata dapat mengungkap pikiran dan perasaan lebih dari kata-kata yang kita ucapkan. Itulah alasan mengapa kita perlu mempertahankan kontak mata dalam wawancara untuk memancarkan kepercayaan diri.

Itu juga yang menjadi alasan kenapa saat kecil dulu kita dilarang menatap anjing terlalu lama. Menatap lama dianggap sebagai bentuk intimidasi dan menunjukkan dominasi. Jadi, apa yang bisa kita pelajari tentang ekspresi bawah sadar dari mengamati mata seseorang?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketika seseorang berbohong

Pada umumnya kita percaya orang menghindari pandangan mereka saat berbohong. Setidaknya seperti itulah kesepakatan di seluruh dunia.

Dua penelitian dunia pada 2010 yang diterbitkan dalam Journal of Cross Cultural Psychology, menemukan kesamaan dari 75 negara dan 43 bahasa berbeda, pembohong menghindari tatapan.

Namun, penelitian itu tidak lantas diyakini oleh ilmuwan lain. Mereka mengutip penelitian lain yang menunjukkan bahwa manusia sensitif terhadap arah tatapan sejak lahir. Pada masa-masa awal, interaksi ibu dan bayinya didasarkan pada kontak mata.

Blake Eastman, pakar bahasa tubuh dan pendiri The Nonverbal Group setuju bahwa kita tidak dapat melihat penghindaran kontak mata sebagai dasar membuat asumsi.

“Bisa jadi mereka berpaling karena merasa tidak nyaman dengan apa yang terjadi,” katanya. “Bisa jadi karena malu, mungkin dia penderita kecemasan sosial yang tinggi. Belum ada penelitian nyata yang menunjukkan menghindari kontak mata menunjukkan sedang berbohong.”

Sebaliknya, berdasarkan penelitian orang dewasa membuat kontak mata rata-rata 30 sampai 60 persen dari waktu selama percakapan. Hal tersebut berdasarkan perusahaan analisis komunikasi Quantified Impressions, seperti dilaporkan dalam laman Medical Daily.

Dalam percakapan satu lawan satu, misalnya, standar bertahan melakukan kontak mata adalah tujuh sampai sepuluh detik, kata Ben Decker, CEO Decker Communication, perusahaan konsultasi dan pelatihan di San Fransisco. Jadi, jika seseorang memutus kontak mata bukan berarti dia orang yang tidak dapat dipercaya.

Meski demikian, mempertahankan kontak mata dalam jumlah yang sangat banyak bisa menjadi bendera merah. Orang tersebut akan mencari cara untuk menipu, termasuk sangat sadar untuk tidak melanggar kontak mata.

Indikasi berbohong lainnya dapat berupa jarang berkedip yang diakibat oleh kelebihan kognitif. Teorinya, saat seseorang kewalahan berpikir (menciptakan kebohongan), tingkat berkedip secara dramatis berkurang. Namun seperti penghindaran tatapan atau kontak mata yang sangat kuat, penurunan tingkat berkedip juga bervariasi untuk setiap orang.

Saat seseorang berbohong mereka menggunakan kenangan yang mereka ketahui, agar tidak benar-benar palsu, dan pada gilirannya menyebabkan kelebihan kognitif dan penurunan tingkat berkedip,” kata Eastman.

(win/utw)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER