Posisi Seksual Paling Berbahaya Menurut Penelitian

Christina Andhika Setyanti | CNN Indonesia
Senin, 26 Jan 2015 18:10 WIB
Posisi yang disebut juga dengan woman on top ternyata bertanggung jawab untuk setengah (50 persen) dari kasus fraktur penis.
Ilustrasi pasangan (Getty Images/ Vstock LLC)
Jakarta, CNN Indonesia -- Setiap orang punya gaya dan posisi bercinta favoritnya masing-masing. Namun, dari sekian banyak gaya bercinta, ternyata beberapa di antaranya memiliki tingkat risiko yang tinggi.

Menurut sebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam Advances in Urology, posisi cow girl adalah posisi bercinta yang paling berbahaya untuk dilakukan selama bercinta. Para ilmuwan menemukan bahwa posisi yang disebut juga dengan woman on top ini ternyata bertanggung jawab untuk setengah (50 persen) dari kasus fraktur penis atau patah penis.  

Fraktur penis atau penis patah merupakan cedera yang timbul akibat trauma benda tumpul pada penis yang sedang ereksi. Gejala penis yang mengalami fraktur ini antara lain, adanya suara patah atau retakan, dan nyeri hebat. Gejalanya mirip dengan memar biasanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Studi ini menyatakan bahwa cow girl bisa menjadi penyebab fraktur penis karena penis tak kuat menahan berat tubuh perempuan. "Hipotesis kami adalah bahwa saat perempuan berada di atas, biasanya dia yang mengontrol semua gerakan dengan seluruh bobot tubuhnya ketika penis sedang ereksi. Bahayanya, saat posisi ini, perempuan cenderung tidak bisa diganggu sekalipun penis salah penetrasi. Bahaya untuk perempuan memang lebih sedikit dan tak terasa sakit, namun untuk penis biasanya lebih sakit," kata peneliti, dilansir dari Your Tango.

Namun kenyataannya, bukan hanya posisi woman on top saja yang bisa disalahkan sebagai penyebab fraktur. Penelitian juga mengungkapkan, posisi doggy style dan man on top juga cenderung berbahaya. Doggy style menjadi penyebab 29 persen dan man on top menyebabkan 21 persen kasus fraktur.

Man on top berisiko lebih kecil sebagai penyebab fraktur karena di posisi ini, pria yang mengendalikan semua gerakan. Ia memiliki kesempatan untuk menghentikan gerakan ketika merasa sakit dan berisiko fraktur.

Hanya saja, yang membuat kasus fraktur ini makin parah adalah keengganan para pria untuk berobat dan mengatasi masalah fraktur. Penelitian menunjukkan bahwa penderita fraktur penis ini baru pergi ke dokter setelah enam jam merasakan sakit dan bengkak.

"Fraktur penis adalah kondisi klinis yang relatif jarang yang sering menyebabkan rasa takut dan malu untuk pasien. Hipotesis mengungkapkan penderita cenderung menunda mencari bantuan medis. Hal ini akan menyebabkan penurunan fungsi seksual dan berkemih," kata para penulis, dikutip dari Telegraph.

(chs/mer)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER