Jakarta, CNN Indonesia -- Perut kembung, keringat dingin, mual, dan diare biasanya dianggap sebagai gejala masuk angin. Untuk mengatasinya, ada yang menggunakan obat anti masuk angin, ada juga dengan cara tradisional seperti kerokan.
Jika benar ada penyakit yang bernama masuk angin, dari mana angin itu sebenarnya masuk? Lewat hidung, mulut, lubang telinga, atau pori-pori kulit?
Dokter naturopati dan ilmu pengetahuan yoga dari India, Purushothaman Munirathinam, mengatakan sebenarnya tidak ada penyakit yang namanya masuk angin. "Itu adalah detoks,” katanya saat ditemui di kawasan Thamrin, Jakarta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika gejala-gejala tersebut dialami, sebenarnya Anda sedang mengalami gejala alami tubuh yang sedang berusaha untuk mengurai dan mengeluarkan toksin.
Misalnya saja badan menggigil dan mengeluarkan keringat dingin. Puru mengatakan hal tersebut merupakan usaha tubuh untuk mengeluarkan toksin melalui kelenjar keringat. Toksin tersebut bisa berasal dari kuman, bakteri, udara kotor, atau bahkan racun yang berasal dari makanan atau minuman.
"Badan yang kemarin masuk nasi goreng, es podeng, dan makanan lainnya, kombinasinya tidak bagus. Tubuh bingung yang mana yang harus dicerna. Akibatnya lambung tidak kuat untuk mencerna sehingga membuat fermentasi di lambung dan berbau. Ini namanya sudah racun," paparnya. Gejala yang ditimbulkan pun bisa mencakup diare, perut kembung, juga keringat dingin.
Puru pun menganjurkan, jika gejala itu terjadi, Anda bisa mendorong proses detoks lebih cepat. Anda hanya membutuhkan minum air putih yang banyak dan terus bergerak dan berolahraga sehingga racun dapat keluar dari tubuh dengan lebih cepat dan lancar.
Tapi, menurut Puru, sebenarnya proses ini pun bisa dibiarkan begitu saja. "Kalau dibiarin enggak apa-apa tapi akan lama bisa sampai dua tiga hari. Sebaiknya dipercepat," jelasnya.
Dengan cara ini, Anda pun bisa mengucapkan selamat tinggal pada kebiasaan kerokan dan minum obat anti masuk angin.
(mer/mer)