Jakarta, CNN Indonesia -- Usai membasuh tangan di wastafel, biasanya ada dua pilihan untuk mengeringkannya. Memakai tisu atau mesin pengering? Pertanyaan soal mana yang harus dipilih seringkali membuat bingung, apalagi jika dikaitkan soal higienitas.
Untuk itu, peneliti menghitung jumlah bakteri yang tertinggal di kulit setelah tangan dikeringkan dengan kedua metode. Hasilnya mungkin akan sedikit mengejutkan Anda.
Ternyata, membersihkan tangan menggunakan tisu atau handuk mampu mengurangi jumlah bakteri di kulit sekitar 45 hingga 60 persen. Sementara menggunakan pengering udara hangat, justru meningkatkan jumlah bakteri hingga 225 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu mengeluarkan bakteri yang sudah ada di dalam pengering udara hangat, ke lingkungan yang lebih lembap," ujar Dr. Karl Kruszelnicki, ahli kesehatan dan penulis buku
Curious and Curiouser, dikutip Independent.
Dalam bukunya Kruszelnicki melanjutkan, setiap mesin pengering memiliki banyak bakteri di saluran udaranya. Bukan hanya itu, 97 persen mesin pengering juga membuat bakteri tetap hidup pada permukaan saluran pipa mereka.
Mesin pengering menyebarkan bakteri dan kuman berupa tetesan kecil seperti cairan aerosol. Tetesan itu pun tersebar ke seluruh permukaan tangan, bahkan bisa bagian tubuh lain.
Diterangkan Kruszelnicki, tubuh manusia sebenarnya cukup tangguh untuk menyimpan sebagian besar bakteri di sela-sela kulit. Namun, lebih baik lagi jika setelah membasuh tangan, langsung dikeringkan dengan tisu saja.
Tisu bukan hanya mengeringkan lebih cepat, tetapi juga memberikan gesekan yang diperlukan sehingga bakteri tergeser. Itu tidak bisa didapatkan dari mesin pengering tangan.
Namun, tidak semua mesin pengering buruk. Ada beberapa yang berteknologi canggih sehingga kerjanya sama baik dengan tisu atau handuk.
(rsa/mer)