Berpantang Makanan Saat Hamil Bikin Anak Rentan Alergi

Rahmi Suci Ramadhani | CNN Indonesia
Rabu, 18 Feb 2015 14:49 WIB
Beruntung bagi orang yang dapat memakan segala jenis makanan. Sebab, makanan adalah salah satu yang memicu timbulnya alergi atau disebut dengan alergen.
Ibu yang berpantang makanan saat hamil membuat anak berisiko intoleransi makanan (Getty Images/DragonImages)
Jakarta, CNN Indonesia -- Beruntung bagi orang yang dapat memakan segala jenis makanan. Sebab, makanan adalah salah satu yang memicu timbulnya alergi atau disebut dengan alergen. Artinya, tidak semua orang dapat cocok memakan makanan tertentu.

Respons alergi yang muncul dapat berupa gangguan saluran pernapasan dan kulit. Misalnya, penderita alergi makanan laut (seafood) akan mengalami gatal-gatal pada kulit usai memakan udang atau kepiting. Untuk itu, banyak orang yang pantang makan makanan tertentu.

Alergi makanan dapat terjadi baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Hingga usia 2 sampai 3 tahun, alergi makanan merupakan jenis alergi yang paling banyak ditemui. Pada usia tersebut, sejumlah bayi yang mengonsumsi susu sapi sebagai pengganti air susu ibu (ASI) menderita alergi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut dokter spesialis alergi imunologi dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Zakiudin Munasir, sebanyak 3 hingga 7 persen bayi di seluruh dunia alergi susu sapi.

"Di RSCM kami pernah melakukan penelitian, tujuh tahun lalu jumlahnya 3 persen. Sekarang, meningkat jadi 4,1 persen karena banyak yang tidak memberi ASI. Banyak ibu yang bekerja," kata Zaki, dalam bincang-bincang dengan sejumlah awak media di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.

Gejala alergi susu sapi yang paling sering adalah gangguan saluran pernapasan seperti asma dan kulit, misalnya ruam-ruam juga eksim. Meski demikian, anak akan toleran alergi susu sapi saat menginjak usia paling cepat setahun atau sebagian lainnya pada usia 2 sampai 3 tahun.

Hal itu disebabkan, imunitas dan organ pencernaan pada anak di bawah usia 2-3 tahun belum sempurna sehingga rentan mengalami alergi. Seiring pertumbuhannya, saluran pencernaan pun semakin kuat sehingga alergen dapat dicerna dan hilang di dalam tubuh.

Secara umum, alergi disebabkan oleh faktor keturunan atau genetika dan faktor lingkungan. Berdasarkan penelitian, anak dengan ibu penderita alergi akan 30 persen lebih rentan risiko alergi.

Dalam beberapa kasus di Indonesia, ibu yang sedang hamil menghindari makanan tertentu karena khawatir janin yang dikandungnya terkena alergi. Pada kasus lainnya, ibu menyusui pun tidak memakan makanan tertentu sebab takut ASI akan tercampur zat makanan alergen.

Padahal menurut Zaki, ibu hamil dan ibu menyusui hingga anaknya berusia 2-3 tahun dilarang memantang makanan. Kecuali yang menyebabkan alergi pada si ibu tersebut.

"Pada anak yang punya bakat alergi selama belum timbul alerginya tidak boleh pantang-pantang. Ini akan menyebabkan bayi justru tidak akan toleran dengan makanan. Dan kalaupun sudah timbul, hanya boleh pantang makanan pencetus alergi tersebut," tuturnya.

Lebih lanjut, dokter spesialis anak tersebut menjelaskan, saat gejala alergi misalnya asma ditemukan pada anak di bawah 3 tahun belum dapat disimpulkan ia mengalami alergi.

"Kalau dua tahun bayi sudah bunyi ngik-ngik waktu bernapas walaupun berasal dari keluarga alergi itu belum bisa dikatakan asma. Tapi kalau menetap hingga tiga tahun, baru asma," kata Zaki.

Ia menambahkan, ada beberapa alergi makanan yang umumnya hilang seiring bertambah dewasanya organ pencernaan anak yaitu alergi susu sapi dan telur. Namun, ada juga yang dapat menetap seumur hidup, misalnya alergi seafood dan kacang tanah.

"Karena seafood tidak berhubungan dengan pencernaan makanan. Seafood punya zat namanya histidin, yang ada terus tidak dicerna," ujarnya.

(mer/mer)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER