Kalau Mengalami Luka Sebaiknya Jangan Mudah Stres

Rahmi Suci Ramadhani | CNN Indonesia
Senin, 02 Mar 2015 16:56 WIB
Seseorang yang mengalami luka harus dihindarkan jauh-jauh dari stres  dapat menyebabkan proses penyembuhan luka justru terjadi lebih lama.
Ilustrasi pengobatan luka. (Thinkstock/Jupiterimages)
Jakarta, CNN Indonesia -- Hampir setiap orang pernah mengalami luka, entah itu luka gores akibat terjatuh bahkan luka yang kronis akibat kecelakaan atau terbakar. Rasa sakit yang muncul dari luka tak jarang menimbulkan stres.

Namun rupanya, seseorang yang mengalami luka harus dihindarkan jauh-jauh dari stres ataupun trauma. Hal ini dikarenakan stres dapat menyebabkan proses penyembuhan luka justru terjadi lebih lama.

"Stres itu memicu aktivitas saraf simpatis. Saraf simpatis nanti akan merangsang pengeluaran hormon-hormon seperti adrenalin dan steroid kortisol. Dua hormon  itu menyebabkan proses penyembuhan luka terganggu," kata Adisaputra Ramadhinara, dokter spesialis luka ditemui di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (2/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

(Baca juga: Ternyata Luka pada Kulit Tidak Boleh Dibiarkan Kering)

Dokter yang tersertifikasi America Board of Wound Management itu menjelaskan, hormon adrenalin dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit sehingga aliran darah ke bagian tubuh yang terluka terhambat. Sementara itu, kortisol memang dikenal sebagai penghambat proses penyembuhan luka.

"Kortisol akan menghambat aktivitas sel-sel yang berperan dalam penyembuhan luka seperti fibroblast. Lalu sel-sel yang bertanggung jawab pada fase pertama yaitu fase inflamasi," kata Adi.

Pada fase pertama penyembuhan luka atau fase inflamasi, tubuh memilki mekanisme alamiah untuk membersihkan luka dari jaringan mati dan bakteri-bakteri. Pada fase berikutnya, sel fibroblast akan membelah diri untuk membentuk jaringan baru atau granulasi. Fase pembentukan jaringan baru itu dinamakan proliferasi.

Setelah dua tahap tersebut terlewati, kulit baru akan melakukan epitelisasi atau menutup rongga yang rusak alias luka berhasil disembuhkan.

"Jadi, stres memang jelas berpengaruh pada proses penyembuhan luka," tandas dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) tersebut.

(utw/utw)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER